PREVIOUS PART
---
(Part 5)
"Ayo! Gak usah buang-buang waktu lagi!" ucap Rio memaksa. Shilla menarik napas dalam-dalam.
"Woi! lama amet sih! Lo bisu, ya?" ujar Alvin. Shilla menggeleng, badannya menjadi lemah seketika.
"A... aku..." Shilla memulai.
"O... orang tua gue... akan bercerai, aku mendengarnya suatu pagi. Gue kaget, tentu saja. lalu mereka benar-benar bercerai. Gue di suruh ikut, lalu melihat dengan mata sendiri bahwa mereka benar-benar bercerai..." cerita Shilla, berhenti sebentar. Mata semua orang membelalak.
"Itu aja?" celetuk Alvin. Shilla menengok.
"Iya" sahut Shilla.
"Bohong! Kalo itu aja ngapain lo nyampe lebih milih buat nnyium kaki gue daripada nyeritain itu?" hardik Rio. Akhirnya Shilla mengalah, lalu menceritakan semuanya.
"Gue disuruh buat ikut bokap gue, trus gue akhirnya ikut. Nah, abis itu bokap gue jadi sering mabok sama judi.... nah, gara-gara itu, bokap gue ngutang ampe berapa milyar gitu. Trus sisanya yang satu milyar gak bisa dibayar, akhirnya rumah gue disegel. Gue akhirnya tinggal di gubuk jelek yang dibilang Rio tempo hari, trus dia ngancem gue bakalan ngancurin tu rumah kalau gue gak minta maaf ke dia... dan disana pula kakak gue bunuh diri kemaren gara-gara gak tahan" cerita Shilla panjang lebar.
"Ha? Jadi itu doang?" ujar Rio meremehkan. Shilla langsung menatapnya tajam, setajam mata elang.
"Apa lo bilang?? Lo udah maksa gue buat nyeritain semua itu dan lo ngeremehin cerita gue itu?!!! Heh! Lo tuh gak tau gimana rasanya liat bokap lo judi! Atau ngeliat uang lo angus kayak di bakar! Trus rumah lo yang mewah di segel! Lo gak tau gimana caranya tidur di gubuk jelek!! Lo gak tau gimana rasanya tidur ditemenin sama tikus-tikus!! Lo juga pasti gak pernah ngeliat kakak lo bunuh diri tepat di depan mata lo sendiri dan gak bisa nyegah dia!! Lo gak tau gimana rasanya banting tulang tiap hari buat ngehidupin keluarga lo!! Dan itu pun lumayan sia-sia, soalnya duit yang lo kumpulin tuh mau diambil sama bokap dan kakak lo buat kepentingan pribadi!! Dan semua itu lo rasain abis ngejalanin hidup yang serba sempurna!! Hidup lo tuh cuman satu alur : dapetin apa yang lo mau!!! Lo tau gak sih gimana rasanya??!!!" teriak Shilla marah, air matanya yang ingin keluar ia bendung. Rio hanya menatapnya dengan pandangan bingung.
"Tatap mata gue dan jawab!!" teriak Shilla.
"Enggak" bisik Rio membuang mukanya.
"Tatap mata gue!!" teriak Shilla makin keras.
"Enggak" ujar Rio, tetap membuang mukanya.
"Tatap mata gue!!!" teriak Shilla sekencang-kencangnya.
"Enggak!!! Lo denger gak sih apa kata gue???" teriak Rio marah, menatap mata Shilla. Ternyata ni cewek cantik juga! pikir Rio saat menatap mata Shilla dalam-dalam.
"Lo gak tau, kan??? Gue yakin, kalau lo jadi gue pasti lo bakalan bunuh diri kayak kakak gue!! Gue juga bakal bunuh diri, kalau aja adek gue, Keke, tuh termasuk tanggung jawab gue!! Gue yakin, kalo gak ada yang jagain dia, pasti dia bakal dijual biar bokapa gue dapet duit banyak!!" teriak Shilla kencang.
"Oke! Gue minta maaf ke lo!! Sebagai gantinya gue bakal ngasih lo satu milyar!!" teriak Rio tak kalah kencang.
"Gue gak mau nerima duit lo! Mending gue berhenti masuk kampus terus kerja mati-matian deh!!" kata Shilla.
"Trus lo mau gue buat apa???" tanya Rio sambil berteriak.
"Gue mau lo nyium kaki gue!" jawab Shilla sambil berteriak juga.
"Males!! Baik amet gue kalo gue mau!!" teriak Rio.
"Huh!! Dasar cowok gak punya hati!!" teriak Shilla.
"Apa lo bilang?? Gue sumpahin adek tersayang lo dijual sama bokap lo! Gak usah nunggu lo pergi juga dia bisa, kan?!!" teriak Rio. Plakk!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Rio. Shilla tak tahan lagi. Ia tidak bisa membendung air matanya lagi, dan air matanya tumpah.
"Lo.. lo tuh bener-bener cowok gak punya hati!! Lo jahat nyumpahin adek gue kayak gitu!! GUE BENCI SAMA LO!!" isak Shilla, lalu pergi ke toilet cewek, disusul oleh kedua sahabatnya. Rio berusaha mencerna kata-kata Shilla tadi. Gabriel dan Alvin melihatnya, lalu pergi meninggalkan Rio yang sedang mematung.
"Dia butuh waktu buat sendiri" jawab mereka ketika yang lain menanyakan kenapa mereka meninggalkan Rio begitu saja. Dan mereka pun pergi menuju lapangan basket.
***
Di toilet cewek
"Shill, berenti nangis!! Gue tau si Rio keterlaluan, tapi stop nangisnya!!" ucap Zahra.
"Iya... sekarang mending lo berenti nangis, trus kita cari tau gimana cara buat nyelesein masalah ini..." ujar Sivia lembut. Shilla pun menghentikan tangisannya dan keluar.
"Lo berdua bener... yuk ke kelas!" ajak Shilla. Mereka pun berjalan menuju kelas. Sialnya, mereka berpapasan dengan Rio yang sedang mencari Alvin dan Gabriel.
"Eh liat Iyel sama Alvin gak?" tanya Rio tanpa melihat mereka. Shilla dan kedua sahabatnya diam saja dan terus meneruskan berjalan seolah tak ada apa pun yang terjadi.
"Woi kalo ditanya jawab napa?" hardik Rio, melihat ke arah mereka dan kaget. Sedang Zahra, Sivia dan Shilla hanya terus berjalan seolah tidak ada apa-apa. Rio berlari ke arah Shilla.
"Shill! Tunggu!" ujar Rio, memegang lengan Shilla setelah berhasil mengejarnya.
"Lepasin gue!" teriak Shilla, menghentakkan tangannya untuk membebaskan diri, namun tak berhasil.
"Eh lepasin sobat gue!" teriak Zahra, membantu Shilla membebaskan diri bersama Sivia. Akhirnya Shilla dapat membebaskan diri.
"Shill! Gue minta maaf!! Gue gak bermaksud! Sori!" teriak Rio sambil terus mengejar Shilla. Tetapi Shilla tidak mengacuhkannya, ia terus berjalan menembus keramaian. Rio pun putus asa dan memutuskan untuk kembali mencari Alvin dan Gabriel.
***
Pulangnya, Shilla mencari Keke untuk bermain sebentar, me-refresh kepalanya yang pusing.
"Keke!!" teriak Shilla, mencari Keke. Tapi yang ditemukannya adalah ayahnya yang tersenyum bangga dan menenteng koper banyak.
"Ayah... Keke mana?" tanya Shilla, waspada.
"Ayah jual" jawab ayahnya tanpa berpikir. Shilla mematung, sumpah Rio menjadi kenyataan.
+++
(Part 6)
"A.. apa? Ke.. Keke di jual?" tanya Shilla, air matanya tumpah.
"Shilla?!" teriak ayahnya kaget.
"Ayah jahat! Ayah jual Keke demi uang! Shilla tebak koper yang ayah pegang itu isinya uang! Ayah jahat! Shilla benci sama ayah!!" teriak Shilla emosi.
"Shilla, tunggu!" ucap ayahnya. Tetapi Shilla tak mengacuhkannya dan langsung pergi menuju rumah Sivia.
***
Di rumah Sivia
Sivia kaget melihat Shilla berdiri di depan pintunya, apalagi air mata keluar dari matanya.
"Shilla! Lo kenapa? Masuk, yuk!" ujar Sivia. Shilla pun masuk, masih terisak-isak.
"Lo kenapa? Cerita aja pelan-pelan" ucap Sivia lembut.
"Bo... bokap gu... gue..." isak Shilla.
"Bokap lo kenapa?" tanya Sivia.
"Sum... sumpah Rio... ja... jadi kkk... kenyataan!" ujar Shilla.
"Hah? Sumpah Rio yang mana?" tanya Sivia, masih belum mengerti.
"Bbbb... bokap gu... gue jjju... jual Kkk... Keke!" ucap Shilla, lalu menangis. Sivia memeluknya.
"Keke di jual? Bokap lo jahat amat! Sabar ya Shill... cobaan lo lagi banyak. Sabar ya..." ucap Sivia lembut sambil membelai rambut Shilla. Tetapi Shilla terus saja menangis.
"Inget Shill, Tuhan gak mungkin ngasih cobaan di luar kemampuan hamba-Nya..." kata Sivia menenangkan Shilla. Tangis Shilla berhenti, tetapi ia masih terisak-isak.
"Lo bbb... bener..." ujar Shilla, mulai tenang.
"Nah, kan lo udah agak tenang, mending lo sekarang ke bokap lo, tapi cuekin aja abis2an. Terus, besok kita omongin ini lagi di kampus, oke?" tanya Sivia. Shilla mengangguk lalu menuruti apa solusi dari Sivia. Sivia hanya menggeleng-gelengkan kepala menanggapinya.
***
Keesokan paginya di kampus
"Shill! Udah baikan?" tanya Sivia.
"Iya... gue ikutin saran lo" jawab Shilla.
"Kenapa lagi Shill?" tanya Zahra.
"Sumpahnya Rio jadi kenyataan" ujar Shilla singkat, berusaha membendung air matanya. Mata Zahra membelalak.
"Sumpah Rio yang bilang Keke di jual itu?" tanya Zahra. Shilla hanya mengangguk, air matanya tumpah.
"Heh nenek sihir! Kenapa lo nangis? Gara-gara rumah lo di runtuhin, ya?" ledek Rio yang tiba-tiba datang bersama Alvin dan Gabriel. Shilla menatapnya tajam.
"Ngapain gue nangisin rumah yang itu?! Gue tuh udah punya rumah lagi, kehidupan gue yang lama udah balik! Bokap gue dapet duit banyak!! Makasih banyak!!!" teriak Shilla emosi.
"Ha? Bokap lo dapet duit banyak?? Dari mana? Nyuri dari bank?" tanya Rio, masih meledek Shilla.
"Gak, dia dapet duit gara-gara adek gue di jual sama dia. PUAS LO SUMPAH LO JADI KENYATAAN?!!" teriak Shilla. Rio mematung, tak menyangka ini terjadi. Sedang Alvin dan Gabriel, mata mereka membelalak. Sivia dan Zahra menatap Rio tajam, lalu pergi menuju kelas mereka bersama Shilla.
***
Jam kosong
Shilla pergi ke kantin bersama Zahra, sedang Sivia sedang pergi ke toilet. Rio yang melihatnya mengikuti Sivia dan menunggu di depan toilet cewek. Ketika Sivia keluar, ia kaget.
"Rio?! Ngapain lo di sini?? Mau nyari Shilla?? Shilla gak ada di sini!!" hardik Sivia setelah pulih dari kagetnya.
"Gak, gue nyari lo" sahut Rio.
"Mau ngapain lo nyariin gue?" tanya Sivia, masih menghardik Rio.
"Gue mau minta bantuan lo" jawab Rio.
"Bantuin apa? Supaya Shilla maafin lo?? Gak deh! Minta maaf aja sendiri!" sahut Sivia sewot.
"Plis... gue gak tau harus ngapain... gue shock banget... gue gak nyangka bakal jadi kayak gini..." pinta Rio. Sivia mulai tersentuh hatinya, tetapi ia tetap melakukan apa yang sudah di putuskannya : menolak permintaan Rio tadi.
"Ya mau gimana lagi... gue kan bukan sahabat pengkhianat... lagian, Shilla itu kan orangnya melankolis banget, dan dia tuh plagmatis, rela berkorban dan berpikir sebelum bertindak... gue yakin, buat lo, orang yang dia benci, dia bakal rela mati kalau itu bisa nyelamatin lo, dan kadang-kadang sanguinisnya tinggi, tapi dia bukan orang yang kolerisnya tinggi kok" jelas Sivia.
"Oh gitu... makasih deh" ujar Rio pada akhirnya, berjalan lesu ke kantin. Sivia yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Saat yang sama di kantin, Shilla dan Zahra sibuk menunggu Sivia.
"Kok Sivia gak dateng-dateng sih?" tanya Shilla.
"Au... ketemu cowok keren kali di jalan!" sahut Zahra. Tiba-tiba Sivia datang.
"Panjang umur!! Lo ke mana aja sih???" ucap Shilla. Sivia berpikir sejenak, memutuskan untuk tidak menceritakan Rio dan hanya bilang,
"Gue ketemu cowok keren di jalan" ujar Sivia, tersenyum manis.
"Tuh kan Shill?? Bener apa kata gue!!" kata Zahra.
"Iyaa... emang cowok kerennya siapa?" tanya Shilla.
"Mmmm... siapa ya? Lupa namanya!" jawab Sivia pura-pura.
"Eh... paella gue mana?" tanya Sivia, mengalihkan pembicaraan.
"Nih, seafood kan?" tanya Zahra sambil memberi Sivia sebuah piring berisi paella.
"Iya... thank you ya...." jawab Sivia berterima kasih, lalu segera menyantap paella nya. Saat makan ia memikirkan perkataan Rio tadi. Apa jangan-jangan Rio suka sama Shilla? Tapi... kalau suka masa iya sih, Rio ampe sekejam itu? Walaupun gengsi, kan keterlaluan... pertanyaan-pertanyaan tersebut terngiang-ngian di kepala Sivia.
"Siv, lo kenapa? Pusing?" tanya Shilla khawatir.
"Oh, enggak... cuman mikirin cowok ganteng tadi... siapa ya namanya?" jawab Sivia berbohong.
"Hayo... kepikiran mulu...." goda Zahra. Sivia hanya tersenyum pahit. Tak jauh dari sana, Rio memperhatikan Shilla. Gabriel memandangi Shilla. Saat Shilla menoleh, ia tersenyum. Senyumnya di tujukan kepada Gabriel, tapi Rio udah keburu GR. Gabriel membalas senyum Shilla. Rio tak memperhatikannya, lalu mengajak teman-temannya menjauh.
"Woi, lapangan basket yuk" ajak Rio.
"Kenapa tiba-tiba...?" tanya Alvin.
"Shilla senyum ke arah sini, jadi gak enak liat nenek sihir senyum. Serem..." jawab Rio, pura-pura takut. Gabriel berusaha menahan tawa.
"Lah... kan elu yang suka sama dia... gimana sih lo?" tanya Gabriel, masih berusaha menahan tawa.
"Udahlah! Gak usah di ungkit-ungkit lagi!" ujar Rio, malu. Alvin dan Gabriel tertawa melihat Rio yang berubah menjadi merah.
"Hebat juga tuh cewek.. bisa bikin si Rio malu!" ucap Alvin. Gabriel tertawa mendengarnya, sedang Rio menatap tajam Alvin. Alvin yang takut langsung diam saja.
Jam kosong selesai, semua anak masuk kelas masing-masing. Tiba-tiba, terjadi keributan. Semua anak kampus berkumpul di lapangan.
"Perhatian-perhatian... kepada putri dari milyader Ira dan Duta, harap menuju lapangan... kalau dalam waktu 10 menit tidak datang-datang juga, setiap 1 menit akan ada yang terbunuh" ujar seseorang yang tak dikenal lewat pengeras suara. Shilla kaget. Ia menuju lapangan, dan melihat Rio yang sedang ditodong pisau di leher, siap dibunuh kapan saja.
"Lepasin dia!" teriak Shilla setelah berhasil menembus kerumunan.
"Ah... putri dari milyader Ira dan Duta... kau datang?" tanya orang yang tak dikenal tersebut.
"Iya, paman... apa yang paman mau?" tanya Shilla, membuat semua mata orang yang melihat kejadian tersebut membelalak, terutama Sivia dan Zahra yang langsung pucat mukanya.
---
NEXT PART
Tidak ada komentar:
Posting Komentar