PREVIOUS PART
---
(part 15)
Sesampainya di taman belakang, Alvin melihat Zahra, sedang jalan-jalan mengelilingi taman. Tanpa pikir panjang Alvin langsung mengikutinya, tetapi ia menjaga jarak. Saat Zahra tengah duduk di kursi taman, Alvin memerhatikannya dari balik semak besar nan cantik. Ia memperhatikan Zahra yang memandangi bunga yang baru ia petik. Ternyata Zahra manis juga, ya... terus ternyata ada sisi femininnya juga! Salah dong penilaian gue ke dia, gue kira dia nenek sihir, ternyata cuma gadis cantik... batin Alvin. Lalu ia melihat Zahra yang sedang menghela nafas. Ia mengambil setangkai bunga matahari yang ia petik, dan mulai mencabuti kelopaknya.
"Suka... gak suka. Suka... gak suka. Suka..." begitu terus sampai akhir. Akhirnya kelopak terakhir dicabutnya.
"Suka" ujarnya. Zahra tersenyum, lalu mengambil bunga yang lain—mawar, melati, matahari—dan pergi. Senyumnya manis banget... batin Alvin, tersenyum juga. Tiba-tiba Zahra menyadari kalau ada orang di balik semak-semak, lalu menghampirinya. Setelah tau siapa yang ada di balik semak-semak tersebut, dan jantungnya hampir copot melihat orang tersebut, ia pun jatuh terduduk. Bunga-bunga yang ia petik bertebaran.
"A... Alvin?" bisik Zahra, memandang Alvin, wajahnya pucat.
"Iya. Muka lo kok pucat amet sih? Ada yang salah dengan muka gue?" tanya Alvin. Zahra hanya menggelengkan kepalanya karena tak mampu bicara. Gak ada yang salah dengan muka lo Vin.. menurut gue muka lo tuh sempurna... ganteng banget! jelas Zahra dalam hati. Lalu Zahra berdiri, mengumpulkan bunganya, dan langsung pergi begitu saja.
"Zah, tunggu! Jelasin dong kenapa lo begini aneh!! Eh Zah, tunggu!! Gue salah apa?" teriak Alvin. Zahra tidak menengok kepada Alvin yang ada di belakangnya.
"Zah!" panggil Alvin, ia pun berlari menghampiri Zahra. Setelah Zahra terkejar oleh Alvin, Alvin menepuk pelan pundak Zahra.
"Zah, cerita dong kenapa lo kayak gini! Apa gue salah?" tanya Alvin. Zahra menggeleng, lalu mulai berjalan ke arah kampus.
"Zah, cerita dong ke gue kenapa lo kayak gini...." pinta Alvin. Zahra menepuk pelan pundak Alvin dan berkata,
"Bakalan gue kasih tau kalau ada waktu yang tepat. Sampai ketemu lagi pulang kampus" lalu Zahra pergi. Alvin mengikutinya ke arah kampus, lalu mereka pergi ke kelas masing-masing.
***
Di kelas Alvin, Rio dan Gabriel
"Kenapa Vin? Kok lesu gitu?" tanya Rio. "Si Zahra... ntar gue ceritain deh. Dosen udah masuk" jawab Alvin lemas. Mereka pun mulai belajar.
***
Di kelas Shilla, Zahra, dan Sivia
"Zah! Ke mana aja?" tanya Shilla.
"Ke taman. Awalnya bareng Rio, trus ketemu Alvin. Ntar gue ceritain" jawab Zahra.
"Kenapa Zah?" tanya Sivia.
"Shock. Kalian bakal ngerti pas gue ceritain nanti. Udah, belajar dulu!" jawab Zahra. Shilla dan Sivia berpandang-pandangan, bingung. Tapi toh mereka menurut pada Zahra, mereka pun akhirnya belajar.
***
Jam kosong kelas kimia
"Jadi? Lo kenapa Vin?" tanya Rio.
"Jadi gini, kan pas lo abis pergi dari taman belakang, kan si Zahra sendiri, nah, gue ke sana, gara-gara gedek sama si Iyel! Terus..." Alvin pun menceritakan kejadian di taman belakang.
"Haha, muka lo kayak hantu, ya? Kok si Zahra ampe jatoh liat muka lo?" tanya Gabriel sambil ngakak.
"Gak tau, padahal muka ganteng kayak gini..." jawab Alvin sambil narsis.
"Haha, udahlah, kan lo suka sama dia, tembak aja!" ujar Rio.
"Iya! Keburu diambil ma cowok lain lagi, kayak dia nih!" sahut Gabriel, menunjuk ke arah Rio.
"Gak usah gitu deh, gue tuh cuma suka sama Shilla" ujar Rio dingin.
"Masa? Trus kenapa Lo deket banget sama Sivia dan Zahra?" tanya Alvin curiga.
"Mereka curhat ke gue, lagian si Sivia sama gue senasib" jawabnya, melirik ke arah Gabriel.
"Oya? Emang si Zahra curhat apa?" tanya Alvin lagi.
"Tembak aja dia, ntar pas lo pacaran lo tanya ke dia, bilang pas pacaran tuh gak ada rahasia, jadi dia harus ngasih tau" jawab Rio cuek.
"Kurang asem!" seru Alvin. Rio menjulurkan lidahnya. Mereka pun tertawa-tawa, sayangnya mereka harus kembali ke kelas lagi.
***
Jam kosong kelas medis
"Ceritain Zah! lo kenapa?" tanya Shilla.
"Tadi, pas gue jalan sama Rio, dia tuh nagih janji gue yang kemarin. Gue di suruh cerita kenapa gue..." dan Zahra pun menceritakannya.
"Hah? Si Alvin ngawasin lo?!" tanya Sivia.
"Iya, gue juga penasaran sendiri" jawab Zahra.
"Ciee... ada hati kali!" celetuk Shilla.
"Ngaco!" sahut Zahra.
"Eh, ntar pas ke mall, kita nebeng siapa?" tanya Sivia.
"Ya... kalau gue sih sama Gabriel. Lo jangan nebeng kita, ya... gak enak. Ganggu" jawab Shilla. Sivia melirik ke arah Zahra.
"Lo Zah?" tanya Sivia.
"Gak tau. Kita nebeng Rio sama Alvin aja gimana? Tapi berangkatnya bareng" jawab Zahra.
"Boleh" sahut Sivia. Mereka pun kembali ke kelas, menunggu pelajaran di mulai lagi.
***
Pulang kampus
"Eh Shill, kamu bareng aku kan?" tanya Gabriel.
"Iya. Duluan ya..." pamit Shilla. Sivia menatap mereka, raut wajahnya sedih. Yang cewek menanggapinya dengan melambaikan tangan, sedang yang cowok menahan mereka.
"Woi Yel, kan cuman elu yang bawa mobil.. lo naik motor gue ya, gue, Alvin, Sivia sama Zahra naik mobil lo" ujar Rio.
"Terus motornya si Alvin?" tanya Gabriel.
"Ya tinggal aja" jawab Rio enteng.
"Aelah! Gimana nasib motor gue tuh?" tanya Alvin.
"Alvin bener. Sivia nebeng ama elu aja Yo, Alvin sama Zahra" sahut Gabriel.
"Ogah, ntar dikirain pacaran lagi!" tolak Rio.
"Takdir Yo, dah... gue duluan!" kata Shilla. Rio memasang raut memelas, yang tak dihiraukan oleh Shilla dan Gabriel.
"Sabar ya Yo, kita senasib" hibur Alvin.
"Ya udah. Yuk Siv" ajak Rio pasrah.
"Zah, lo sama Alvin ya... gue ma Rio" pamit Sivia, lalu pergi mengikuti Rio.
"Yah, Siv, Yo! Jangan tinggalin gue dong!! Ntar pas perjalanan gue panas sendiri, trus sumpek!" pinta Zahra. Alvin menatapnya tajam.
"Lo gak mau ama gue? Ya udah gue ke sana duluan, lo naik angkot aja" ujarnya.
"Eh! Enggak deh Vin... gak enak gue sama yang lain! Oke, gue ikut lo!" muka Alvin masih sinis, tapi matanya senang. Zahra pun mengikuti Alvin menuju motornya.
***
Di perjalanan
Alvin dan Zahra naik motor Alvin. Alvin naik duluan, lalu Zahra. Zahra memegang bagian belakang motor Alvin, lalu mereka pun melaju.
"Zah, bilang dong kenapa lo jadi kayak gitu! Kalau gak mau gue turunin di jalan nih" ancam Alvin.
"Berhenti, gue naik angkot aja" sahut Zahra.
"Gak jadi deh, ntar gue di cap apa ma sobat-sobat gue?" ujar Alvin berubah pikiran. Zahra memasang muka BT.
"Zah, plis... kasih tau gue..." pinta Alvin memelas.
"Gak. Sekali lo minta gue buka mulut gue bakalan turun nih" ancam Zahra. Rio bener, ni anak keras kepala banget! batin Alvin.
"Ya... gue gak bakalan berhenti!" sahut Alvin.
"Ya udah, gue lompat langsung aja, paling badan gue kegores-gores ama berdarah di mana-mana" ujar Zahra enteng. Alvin diam saja.
"Woi Vin, jalan yang cepet napa! Udah pada nyampe nih!" keluh Zahra.
"Lo liat gak sih ni jalanan macet? Mata lo buta ya?" tanya Alvin.
"Gak, kalo iya gue gak bisa liat motornya si Rio sama Sivia lewat tadi!" jawab Zahra.
"Hah? Si Rio ama Sivia lewat? Kenapa lo gak bilang gue?" tanya Alvin.
"Males" jawab Zahra singkat.
"Pinter banget sih lo!" sindir Alvin.
"Iya, buktinya nilai-nilai gue bagus-bagus semua" sahut Zahra. Alvin pasang muka BT. Zahra tersenyum sinis penuh kemenangan. Jalan yang dilalui Zahra dan Alvin sudah tidak macet lagi. Alvin pun memacu cepat motornya, ngebut banget sampai-sampai Zahra hampir lepas pegangan dan jatuh. Zahra yang ketakutan langsung memeluk pinggang Alvin. Alvin senyam-senyum sendiri.
"Woi Vin, kalo ngebut bilang-bilang dong!" teriak Zahra.
"Kan lo sendiri yang nyuruh gue cepet! Gimana sih?" tanya Alvin.
"Ya tapi kan gak perlu ngebut kayak gini..." jawab Zahra.
"Ya udah!" sahut Alvin jengkel, memacu motornya pelan.
"Ya tapi jangan sepelan ini juga dong!" ujar Zahra jengkel.
"Ya lo maunya apa sih?! Gue ngebut salah, gue pelan salah!" sahut Alvin, jengkel juga.
"Gue mintanya sedeng-sedeng agak cepet!" ujar Zahra.
"Gak bisa! Sekarang lo pilih, ngebut atau pelan?!" tanya Alvin.
"Ngebut aja deh!" jawab Zahra pasrah.
"Ya udah" dan Alvin pun memacu cepat motornya. Zahra memeluk Alvin erat, sedang Alvin hanya senyam-senyum sendiri. Zahra sebenarnya senang memeluk Alvin, tetapi karena gengsinya terlalu besar ia pura-pura kesal. Alvin pun juga senang, merasakan hangatnya pelukan Zahra. Bagi mereka berdua, itu adalah hari yang paling indah.
+++
(Part 16)
Akhirnya mereka berdua sampai di PIM. Pas di parkiran mereka langsung disambut meriah oleh sobat-sobat mereka.
"Cieee... pacaran nih?? Kok si Zahra meluk-meluk si Alvin?" tanya Rio.
"Itu, si Alvinnya bawa motor ngebut banget. Ya guenya yang takut..." jawab Zahra.
"Enak! Bilang aja, lo tuh sengaja mu meluk orang ganteng kayak gue!" sahut Alvin narsis.
"Ya enggak lah! Ngapain? Kurang kerjaan amet gue!! Lagian gue suruh sedeng-sedeng agak cepet lo nya gak bisa! Dasar payah!" seru Zahra.
"Apa?? Kan gue tuh udah kebiasaan ngebut kayak gitu, kalo mau pelan ya bisanya pelan banget! Lo ngertiin dikit napa sih?" teriak Alvin.
"Woi! Mulai debat lagi... heh, bilang aja kalo lo berdua tuh seneng si Zahra meluk Alvin!!" lerai Gabriel.
"Ngaco lu!" seru Alvin sambil menjitak kepala Gabriel.
"Udah... yuk masuk aja!" ujar Sivia.
"Yuk!" sahut Shilla. Dan mereka pun masuk mall.
***
Di mall
Shilla dan Gabriel asyik sendiri, membuat Sivia dan Rio cemburu. Zahra dan Alvin masih debat, yang lain menjauhi mereka tanpa disadari mereka.
"Eh, beli es krim yuk Siv! Gue traktir" ajak Rio.
"Yuk" sahut Sivia, matanya masih memandangi Shilla dan Gabriel. Lalu Sivia mendesah, dan mengikuti Rio ke kios es krim.
***
Di tempat Zahra-Alvin berdebat
"Lo sih kerjaannya ngebut!! Pelan dikit napa?!" seru Zahra.
"Heh, kan lo sendiri yang nyuruh gue cepetan!!" sahut Alvin.
"Ya tapi kan gak sengebut itu!! Kan lo liat sendiri hasilnya!!" teriak Zahra tak mau kalah.
"Alah, lo bilang aja lo tuh sengaja!!" sahut Alvin. Di sekitar mereka, orang-orang mulai berkerumun.
"Gak mungkin!! Ngapain gue meluk-meluk orang rese kayak lo?! Gue sumpek sama panas tau gak sih di sana!!" seru Zahra. "Alah, lo seneng kali!! Ngaku aja!! Gue bisa jaga rahasia!" teriak Alvin.
"Ha? Gue seneng?? Bilang aja kalo lo yang seneng gue meluk lo!" sahut Zahra panas, suaranya agak bergetar.
"Ngawur! Elo yang seneng!!" teriak Alvin, ikut panas.
"Elo!" seru Zahra. "Lo!!" sahut Alvin.
"Lo!!" teriak Zahra gak mau kalah.
"Lo!" seru Alvin, tidak rela kalah debat lawan Zahra.
"Elooooo!!!!!" teriak Zahra dan Alvin bersamaan.
"Aelah! Gak mau kalah banget sih lo!" teriak Alvin.
"Heh, emang cuman gue doang? Kalo ngomong tuh ngaca dulu dong!" sahut Zahra sewot.
"Alah! Dasar nenek sihir!!" ujar Alvin.
"Iya! Awas lo macem-macem ama gue, gue ubah lo jadi kodok!!" sahut Zahra.
"Gak takut gue!!" teriak Alvin.
"Gue berubah pikiran. Gue keringin aja darah lo, trus gue jadiin pajangan!!" seru Zahra. Orang-orang mulai merekam mereka.
"Ya udah, kalo gue mati, gue gentayangin lo!!" sahut Alvin.
"Gak usah! Gue udah ngerasa digentayangin elo!" tolak Zahra.
"Apa yang buat lo bisa ngomong kayak gitu?!" tanya Alvin panas.
"Pas kejadian di taman! Lo ngawasin gue dari balik semak-semak!! Heh, tu semak-semak tuh bagus, jangan dinodain sama elo!! Pantesan gue ngerasa ada yang ngawasin gue!!" jawab Zahra.
"Oke! Gue akuin gue ngawasin elo!! Gue ngelakuin itu soalnya gue cemburu sama Rio!! Dia tuh deket-deket mulu sama lo!! Gue kan jadi panas!!" sahut Alvin. Zahra melongo sehabis mendengar teriakan Alvin.
"Lo... lo bilang apa?" bisik Zahra.
"Gue bilang...." baru saja Alvin akan menghardik Zahra lagi, ia terdiam, baru sadar akan apa yang diucapkannya tadi.
"Lo bilang apa?" tanya Zahra mengulangi. Alvin terdiam, kepalanya menunduk. Ia malu sekali.
"Lo suka... sama gue?" tanya Zahra. Alvin diam saja.
"Eh, ditanya tuh jawab!!" teriak salah satu penonton.
"Iya!! Gak sopan kalo udah ditanya baik-baik gak dijawab!!" sahut penonton yang lain.
"Betul! Ayo, jawab! Cepatlah..." seru penonton.
"Oke oke!!" teriak Alvin jengkel.
"Iya Zah! Gue suka sama lo! Kenapa? Salah?!" teriak Alvin.
"Ciee!!! Gitu dong!!" sorak penonton. Zahra menitikkan air mata.
"Zah? Lo kenapa? Gue salah apa?" tanya Alvin khawatir.
"Woi!! Tanggung jawab lo!! Anak orang ditangisin! Cewek lagi!" teriak salah seorang penonton. Saat itu, Shilla dan Gabriel yang penasaran menerobos kerumunan.
"Zahra!" teriak Shilla terkejut.
"Vin, lo apain dia?!" tanya Gabriel.
"Gak tau... gue... gue gak ngerasa salah! Dia tiba-tiba aja nangis!" jawab Alvin.
"Zahra!! Lo kenapa?!" tanya Shilla lagi, masih khawatir.
"Vin, serius nih... lo apain dia?" tanya Gabriel lagi. Sivia dan Rio yang mendengar suara Shilla, Gabriel, Alvin dan Zahra segera menuju kerumunan.
"Ada apa, sih?" tanya Sivia, lalu matanya menangkap gambar Zahra yang sedang menangis.
"Zahra! Lo kenapa?!" tanya Sivia histeris.
"Vin! Si Zahra kenapa?!" tanya Rio.
"Gak tau! Dia tiba-tiba aja nangis pas gue bilang kalo gue..." Alvin berhenti, wajahnya memerah.
"Lo bilang lo apa?!" tanya Gabriel.
"Gue... gue bilang... gue..." jawab Alvin terbata-bata.
"Di... dia ngaku... dia.." sambung Zahra, lalu berusaha menghentikan tangisannya.
"Dia apa, Zah?!" tanya Sivia.
"Dia ngaku kalo dia suka sama cewek itu!" jawab penonton.
"Apa?!" teriak Shilla, Sivia, Rio, dan Gabriel bersamaan.
"Trus lo kenapa nangis? Lo kan juga suka sama Alvin, Zah!" ceplos Shilla.
"Shilla!" ujar Sivia mengingatkan. Shilla langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan.
"Ha? Lo berdua kan saling suka, kenapa si Zahra nangis?" tanya Gabriel. Zahra menghentikan tangisannya, walau ia masih terisak.
"Gu.. gue.. nangis.. gara-gara... gu... gue seneng!" jawab Zahra. Semua sobatnya memasang muka sebal, kecuali Alvin. Ia malah tersenyum, lalu berlutut di hadapan Zahra.
"Zahra Dmarvia, gue, Alvin Jonathan Sindunata, suka banget sama lo, dan gue baru sadar akan hal itu. Lo mau kan, jadi pacar gue?" tanya Alvin. Zahra mengangguk tanda setuju. Air mata Zahra tumpah lagi. Alvin berdiri, lalu memeluknya dan membelai lembut rambutnya.
"Cup cup... udah gak usah nangis, nanti kamu gak cantik lagi! Senyum dong..." hibur Alvin. Zahra menghentikan tangisannya, lalu tersenyum.
"Gitu dong... kamu cantik deh kalo senyum..." komentar Alvin.
"Ciee!! Abis berantem langsung jadian!!" seru penonton. Wajah mereka berdua memerah.
"Udah yuk, kita pergi aja dari sini!" ajak Alvin.
"Yuk. Ke mana?" tanya Zahra.
"Ya... jalan-jalan!" jawab Alvin, menggandeng tangan Zahra dan pergi.
"Cieee!! Langsung nge-date nih ceritanya??" sorak penonton. Alvin tak menghiraukannya, yang jelas dia bahagia hari itu.
"Eh, direkam ya?" tanya Rio ke salah seorang penonton.
"Iya" jawab penonton tersebut.
"Liat dong, boleh gak?" tanya Rio.
"Nih. Kembaliin ya" jawab penonton tersebut, memberikan hand camnya. Rio, Shilla, Sivia, dan Gabriel menontonnya.
***
Zahra-Alvin
"Eh Vin, makan yuk, aku laper nih!" ajak Zahra manja.
"Iya... mau makan apa?" tanya Alvin.
"Apa ya?" tanya Zahra balik.
"Spagetti?" tanya Alvin lagi.
"Iya deh" jawab Zahra. Mereka pun menuju Spagetti House.
"Pesen apa?" tanya Alvin.
"Sama kayak kamu" jawab Zahra.
"Oke..." sahut Alvin, lalu memesankan makanan untuk mereka berdua. Saat mereka sedang asyik-asyiknya makan dan berbincang-bincang, Shilla masuk. Wajahnya pucat.
---
NEXT PART
Tidak ada komentar:
Posting Komentar