PREVIOUS PART
---
(Part 21)
Sementara Zahra-Alvin kencan, Rio-Shilla
"Woi Yo, lo dapet stamina dari mana sih? Kok gak berhenti lari? Kuat amet sih!" tanya Shilla ngos-ngosan.
"Soalnya gue udah biasa lari kayak gini, tiap pagi gue ke taman trus lari! Emangnya elo, jam-jam gini malah tidur!" jawab Rio sambil berlari kencang meninggalkan Shilla.
"Woi Yo! Istirahat yuk, gue capek nih!" ajak Shilla. Rio menggeleng.
"Lo aja, gue masih mau lari. Daahhh..." tolak Rio, melambaikan tangannya pada kata terakhir. Shilla berhenti sebentar, keringat mengucur dari pelipisnya. Ia menunduk, memegang lututnya, nafasnya tersenggal-senggal. Lalu ia bangkit, melihat Rio yang hampir menghilang dari pandangannya, dan berlari cepat menyusulnya. Tapi larinya lamban banget, soalnya capek.
"Rio tungguin gue!" teriak Shilla, masih berlari tanpa menyerah. Rio menengok ke belakang, lalu memelankan kecepatan larinya sampai Shilla ada di sampingnya.
"Lo lamban amet sih larinya, lo tuh cewek, kebo, atau siput?" tanya Rio. Shilla menatapnya tajam.
"Tiga-tiganya!" seru Shilla jengkel. Rio tertawa.
"Udah yuk, udah bosen gue lari" ajak Rio. Shilla langsung menerima ajakannya dengan senang hati. Mereka pun duduk di bangku taman. Rio mengambil minuman dan meminumnya. Shilla juga.
"Woi Yo gue laper nih, belom makan!" ungkap Shilla.
"Siapa suruh gak sarapan?" tanya Rio cuek.
"Lagian pagi amet sih kita ke sini! Mana larinya lama banget lagi, sekarang udah jam setengah 12 tau!!" seru Shilla.
"Halah, baru 5 jam lari udah kayak gitu! Gue malah pengen lari lagi! Kalo buakn gara-gara gue kasian sama lo juga gue masih lari-lari dah di sini ampe bosen!" sahut Rio meremehkan.
"Ya kan elo, bukan gue! Tapi lo tuh kuat amet sih, 5 jam lari kagak ada capek-capeknya!" ujar Shilla, tak rela diremehkan.
"Iya iya... sekarang lo mau makan di mana? Gue traktir deh" tanya Rio berbaik hati.
"Tumben lo baik, ngajakin gue makan! Ditraktir lagi!" celetuk Shilla.
"Cepet... sebelum gue berubah pikiran nih" ucap Rio.
"Iya iya... di citos aja deh!" ujar Shilla, menjawab pertanyaan Rio tadi. "Ya udah yuk cepet ke sana!" ajak Rio setengah memaksa.
"Ke sana? Pake ginian?" tanya Shilla.
"Ya dari pada gak pake baju! Yuk ah gue juga udah laper" ujar Rio jengkel, lalu menarik tangan Shilla ke motornya.
"Cepet naik! Kalo enggak ditinggal!" ancam Rio.
"Ini namanya pemaksaan..." ujar Shilla, tapi ia toh menaiki motor Rio. Rio pun memacu motornya.
"Mau makan di mana?" tanya Rio.
"Serah deh... yang jelas makan enak" jawab Shilla.
"Di mana nih? Gue gak bisa mutusin!" keluh Rio.
"Ya udah di... paregu aja deh! Deket-deket sana kan?" tanya Shilla.
"Paregu?? Gila di sana kan mahal banget!!" teriak Rio kaget.
"Kan elu kaya, masa ngebayarin gitu doang kagak mau? Lagian siapa suruh nanya ginian ke gue?" tanya Shilla santai.
"Iya deh!" seru Rio jengkel. Buat lo gue ngelakuin apa aja deh Shill, batin Rio. Rio pun memelankan motornya, jam 1 mereka baru nyampe. Shilla sih oke-oke aja, gak tau kenapa.
***
Di Paregu
"Nah, ni dia... yuk masuk" ajak Shilla, lalu menarik tangan Rio. Rio sih nurut aja, seneng ini kok. Setelah memilih meja mereka pun duduk.
"Shill, lo duduk sini dulu, gue mau ngambil-ngambil. Abis itu elo" perintah Rio, bangkit dari tempat duduknya. Ia pun menuju meja bahan-bahan, memilah-milih makanan dan duduk kembali.
"Sekarang lo Shill, ambil sana!" perintah RIo. Shilla sih nurut-nurut aja, melakukan hal yang sama dengan RIo. Setelah kompor dinyalakan dan masakan siap dimasak, Rio langsung menggunakan sumpitnya dan memasak. Dilihatnya Shilla yang diam saja.
"Katanya laper Shill, kok gak ngapa-ngapain?" tanya Rio.
"Ya gimana mau makan, gue tuh kagak bisa make sumpit edon!!" jawab Shilla. RIo langsung ketawa ngakak.
"Shill, lo beneran gak tau? Gila ya gue kira ni anak walau nyebelin bisa ngapain aja, ni make sumpit aja gak bisa! Mana dia lagi yang ngajakin ke sini!!" ledek Rio, lalu ketawa lagi.
"Lo kenapa sih? Kan setiap orang ada kelebihan dan kekurangan" ujar Shilla kalem.
"Kesambet apaan lo ngomong kayak gitu?" tanya Rio.
"Udah!! Sekarang gue mau makan sama masak pake apa nih?" tanya Shilla mengalihkan pembicaraan.
"Makan sayuran aja, kan gak pake sumpit" ujar Rio memberi solusi.
"Tapi gue juga mau nyoba yang di bakar" ujar Shilla manja.
"Sini, gue ajarin gimana cara make sumpit" ucap Rio, menarik tangan Shilla dan memberinya sumpit. Jantung Rio loncat-loncat gak karuan, ia juga sempat ragu-ragu melakukan hal itu.
"Jadi, ini diginiin, trus gini, trus gitu. Bukan gitu!! Nah gitu baru bener! tangannya tuh disini, trus telunjuknya di sini, nah gitu deh! Gampang kan?" tanya Rio agak tergagap, soalnya jantungnya loncat-loncat gak karuan. Hal itu disebabkan ia berkali-kali memegang tangan Shilla untuk mengajarinya.
"Iya... thanks ya Yo, tapi lo yang masakin ya, gue masih belom terlalu bisa, ntar sumpit gue lagi yang di masak" pinta Shilla.
"Iya Shilla...." sahut Rio setuju. Buat elo Shill, gue lompat dari ketinggian 100 meter juga gue mau Shill... batin Rio.
"Hore! Rio baik deh!!" puji Shilla.
"Emang, baru tau lo?" tanya Rio.
"Iya, udah ah sana masakin gue, laper berat nih gue!" perintah Shilla, dan Rio pun menurut. Setelah makan, mereka duduk aja, kekenyangan. Rio pun membayar, matanya hampir keluar ngeliat angka rupiah yang harus dibayarnya. Shilla ketawa lagi.
"Eh Yo, ke PIM yuk, gue mau nonton. Gue bayar tiket gue sendiri kok, lo gak usah keluar duit lagi" ajak Shilla.
"Oke. Nonton apa?" tanya Rio.
"Alica in Wonderland" jawab Shilla.
"Gila ya, lo tuh apaan sih? Bangun siang-siang, lari lamban, pake sumpit gak bisa, manja, nontonnya gituan, childest abiss!" tanya Rio sambil meledek.
"Orang! Udah jelas gini!" jawab Shilla jengkel.
"Iya gue tau lo orang, tapi udah kuliah kok gitu... heh lo tuh udah gede, bukan anak kecil!" sahut Rio.
"Biarin! Yang jelas gue menikmati hidup! Gak kayak lo, hidup tuh harus sempurna mulu!" ujar Shilla jengkel. Rio tertawa.
"Ya udah deh gue temenin... hari ini gue lagi baik. Yuk!" ajak Rio, menarik tangan Shilla dan membawanya ke tempat di mana motornya di parkir. Rio naik dan Shilla mengikutinya, lalu Rio memacu motornya.
***
Di PIM
Rio dan Shilla langsung ke bioskop, memesan tiket dan menuju ke arah barat untuk masuk ke studio 2, tempat film Alice in Wonderland di putar.
"Woi Yo, kita tuh makan berapa jam sih? Kok udah jam 2 aja di sini?" tanya Shilla, melihat ke arah jam. Rio mengangkat bahu dengan cuek. Shilla memasang muka sebal. Tiba-tiba Shilla kesandung, lalu jatuh ke arah Rio. Rio yang melihatnya dengan sigap langsung menangkap Shilla, lalu ketika Shilla akan berdiri mata mereka bertemu. Mereka saling memandang dalam diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ternyata Rio orangnya ganteng banget... kok gue baru nyadar sekarang sih? Ah gak pa-palah yang penting gue nyadar! batin Shilla, menatap muka Rio yang berada di depannya. Mumpung ada kesempatan, hahaha. Sedang Rio tidak tau harus berpikir apa, jantungnyalah yang berbicara. Jantungnya serasa melompat-lompat lalu berhenti.
"Woi Yo, Shill! Lo berdua lagi ngapain?" tanya Alvin, membuyarkan lamunan Shilla dan Rio. Muka mereka berdua memerah, lalu Shilla pun berdiri. Alvin yang sedang menggandeng Zahra berjalan menuju Shilla dan Rio, lalu memisahkan mereka berdua, memberi jarak.
"Udah sana jaga jarak! Bahaya nih kalo gak dipisah!" ujar Alvin. Rio lalu melepaskan pegangan tangan Alvin dan Zahra.
"Ni juga bahaya kalo gak dipisah! Sono pergi lu Vin!" usir Rio, mendorong Zahra pergi menjauhi Alvin.
"Heh cewek gue mau lo kemanain? Siniin!" perintah Alvin, berlari ke arah Rio dan Zahra.
"Ini cewek gue! Sono cari cewek lain! Jangan main ngerebut cewek orang aja! Hus-hus!" usir Alvin, mendorong Rio menjauh dari Zahra, lalu merangkul Zahra, takut direbut sama cowok lain lagi. Rio ketawa ngakak.
"Udahlah Vin, gak bakal ada yang ngerebut Zahra kok dari lo, gak usah takut kayak gitu!" hibur Rio di sela-sela tertawanya. Alvin tak peduli, ia tetap merangkul Zahra.
"Trus? Kenapa? Iri lo, cowok gue perhatian banget sama gue? Makanya jadi orang tuh jangan ngejomblo mulu, sekali-kali pacaran!" seru Zahra, lalu balas merangkul Alvin. Alvin tersenyum senang, sedang Rio memasang tampang kesal di mukanya.
"Lo berdua ngapain?" tanya Alvin, tersenyum melihat Zahra.
"Si Shilla minta ditemenin nonton" jawab Rio.
"Nonton apa?" tanya Zahra.
"Alice in Wonderland. Konyol ya, childest abis!" jawab Rio.
"Heh, ngeledek lo? Kita juga mau nonton itu!" sahut Alvin.
"Emang yang milihin filmnya siapa?" tanya Rio. Alvin menunjuk Zahra.
"Ih gila ya ni dua sahabat ini... ketuleran siapa sih? Kok pada childest semua?" tanya Rio. Alvin melotot ke arah Rio. Shilla tertawa.
"Udah yuk, film udah mau mulai, tuh ada pengumumannya" ajak Shilla, lalu semua memasang telinga.
"Pintu studio 2 sudah di buka. Bagi yang mempunyai tiket diharapkan segera masuk" setelah pengumuman selesai semuanya menatap ke arah Shilla lagi.
"Tuh... yuk cepet masuk!" sambung Shilla, lalu mereka berjalan menuju studio 2.
***
Studio 2
Di dalam, mereka berjalan ke kursi masing-masing, kebetulan mereka sebelahan.
"Shill, samping gue ya" ujar Alvin, membuat Zahra memandangnya dengan tatapan marah.
"Gak jadi deh Shill, gue paling ujung aja. Duh Zahraku... jangan cemburu dong... gak jadi kok" ujar Alvin, merangkul Zahra. Zahra melepaskannya. Rio dan Shilla ketawa.
"Wayolo... Zahra marah!" goda mereka lalu ketawa lagi. Alvin cemberut, lalu menghadap Zahra.
"Zah, maafin aku dong... aku tuh nyuruh si Shilla duduk sebelah aku biar si Rio, gak duduk sebelahku gak betah! Maaf ya Zah... Zahra kan baik, maafin ya ya ya..?" ujar Alvin meminta maaf, memegang tangan Zahra yang membuang muka. Zahra diam saja, masih membuang muka.
"Zah..." panggil Alvin lagi. Zahra tak mengacuhkannya. Alvin menatap Rio dan Shilla, wajahnya sedih. Shilla dan Rio yang langsung kasian sama dia memutuskan untuk membantunya.
"Zah, cuma gitu doang kok dipikirin... kan si Alvin nyuruh gue duduk sebelahnya juga bukan gara-gara dia mau PDKT sama gue, tapi pengen jauh dari si Rio..." ujar Shilla. Alvin tersenyum kecil. Zahra tak bergeming, tubuhnya sedikit bergetar seperti ada gempa kecil. Rio berjalan ke depan Zahra untuk melihat bagaimana muka Zahra. Awalnya yang terbayang di kepalanya ialah sosok Zahra yang menangis, ternyata yang terlihat adalah muka Zahra yang menahan tawa, matanya kedap-kedip. Spontan Rio ketawa ngakak.
"Rio!" seru Shilla, matanya melotot. Rio menutup mulutnya, tetapi ketauan kalau dia masih ketawa. Alvin tak memperdulikannya.
"Zah maafin aku Zah, aku janji gak bakal ngelakuin itu lagi, tapi maafin aku dong..." ujar Alvin pelan. Rio tambah pengen ketawa tapi ditahan. Zahra semakin bergetar, dan Rio melihat ia sudah mau tertawa. Zahra memejamkan matanya, berusaha untuk tidak tertawa. Rio menghentikan tawanya.
"Vin, mungkin si Zahra mau maafin lo kalo lo minta maafnya teriak biar semua orang denger, kayak pas lo nembak si Zahra" ujar Rio memberi nasehat. Alvin agak ragu tetapi ia melakukannya.
"Woi semuanya! Gue pengen semuanya denger dan jadi saksi! Zah, aku minta maaf ke kamu, ini murni dari hatiku, dan aku pengen banget kamu maafin aku..." teriak Alvin. Dia mendapat reaksi yang berbeda-beda. Ada yang terharu, ketawa ngakak, hanya tersenyum, dan semacamnya... sedang Shilla memraktekkan cara muntah, menandakan ia jijik, dan Rio langsung ketawa ngakak sengakak-ngakaknya. Sedang Zahra? Dia menahan keinginan untuk ketawanya yang begitu besar, tetapi akhirnya ia tak tahan lagi. Akhirnya Zahra ketawa ngakak. Alvin bingung. Zahra menyelesaikan tawanya lalu memeluk Alvin dan mengecup pipinya.
"Kamu ini gampang banget sih diboongin..." ujar Zahra gemas dan mencubit pipi Alvin. Alvin tertawa, disusul oleh yang lain. Alvin pun memeluknya, wajahnya lega dan ia memejamkan mata. Shilla tertawa, tetapi ia mendengar suara tawa yang hangat dan tidak asing baginya. Ia menengok ke arah suara, dan menemukan Sivia yang sedang tertawa di sana, dengan suara tawa yang ia rindukan darinya.
"Eh eh si Sivia ketawa!" pekik Shilla senang. Sahabatnya menengok, dan Sivia langsung berhenti ketawa.
"Gue tau lo semua nge-fans sama gue, tapi gak usah ngeliat gue dengan tatapan kayak gitu dong!" ujarnya sebal. Yang lain hanya senyam-senyum sendiri.
+++
(Part 22)
"Eh, si Sivia ketawa juga... kesambet apaan lo Vi?" tanya Rio.
"Au, kerasukan kali! Udahlah sana duduk! Filmnya udah mau mulai, ntar ganggu lagi!" perintah Sivia, dan semua pun menurutinya. Akhirnya tempat duduk yang tadi sempat jadi konflik akhirnya diputuskan. Rio deket Sivia, sampingnya Shilla, trus Zahra, sebelahnya Alvin paling ujung. Film pun dimulai. Sesuai ucapan Zahra di Fish & Co., Alvin meluk Zahra dan menyandarkan kepalanya ke dadanya. Zahra membalas pelukannya, sekali-kali ngambil popcorn buat dimakan dan nyuapin Alvin. Rio, Shilla, sama Sivia memandang mereka tajam.
"Dasar ya, gak enak banget duduk deket pasangan lagi kasmaran! Gak konsen tau ke film!" bisik Shilla, menyindir Zahra dan Alvin. Yang disindir nanggepin dengan acuh-tak-acuh, malah tambah bikin panas tiga sobatnya.
"Gila ya, eh Yo gue tuker tempat dong, gak enak banget sebelah gue! Lo hentiin aja mereka, emang bahaya ni anak dua kalo gak dipisah!" pinta Shilla. Rio menurut begitu saja.
"Tumben lo baik banget hari ini Yo!" komentar Shilla.
"Tau, lagi baik aja, udah ah diem!" perintah Rio. Shilla menurut. Tapi tetep aja, Shilla ngerasa risih ngeliat dua pasangan kasmaran itu... tapi pasangan-lagi-kasmaran itu emang harus diawasin, kalo enggak takutnya ngapa-ngapain lagi, kan bahaya....
***
Selesai nonton film, jam 4
"Eh gue baru nyadar, Shill, Yo, lo berdua udah mandi belom sih?" tanya Sivia.
"Ha? Eh iya sih, lo berdua bau banget! Udah mandi belom sih?" tanya Zahra.
"Ha? Udahlah! Berani amet gue ke sini kagak pake mandi dulu!" jawab Rio.
"Gue juga udah! Dia ni maksa gue, 10 menit udah harus makan, mandi, ganti baju, gosok gigi, dan lain-lain!" jawab Shilla menimpali.
"Ha? Emang lo berdua ngapain aja?" tanya Alvin.
"Pacaran ya? Eh selamat ya!!" tebak Zahra.
"Ngaco lu Zah! Kita cuma lari pagi doang" sahut Rio.
"Ha? Gimana ceritanya tuh?" tanya Sivia.
"Jadi gini, kan kemaren abis pulang dianterin sama Rio, gue kan bilang sama Rio 'sampe ketemu besok', nah gue baru nyadar besok tuh hari Minggu, tapi dasar gengsi kegedean, gue ajakin dia ke taman. Eh dia malah ngajakin gue lari pagi, mana suruh berangkat jam setengah 7 lagi! Trus gue lari sama dia 5 jam, kebayang gak sih? Kuat amet ya staminanya... trus dia bilang mau traktirin gue, tanggung jawab, gue belum makan... kita makan di paregu, trus gue ajakin nonton, ketemu deh!" Shilla mengakhiri ceritanya.
"5 jam lari?? Pantesan lu berdua bau kayak gini... ganti baju gak lo berdua?" tanya Zahra. Muka Shilla memerah, ia dan Rio pun spontan menggeleng.
"Gila ya lo berdua! Bawa baju gak?" tanya Sivia. Rio mengangguk dan Shilla menggeleng.
"Yo, lo ke toilet sono, ganti baju, ditemenin sama Alvin! Gue, Shilla sama Zahra mau beliin baju buat Shilla, ketemu di bioskop, lengkap dengan Rio yang udah ganti baju sama Alvin-Zahra yang siap kasmaran lagi setelah dipisahin... udah gak boleh ada yang nolak cepet lakuin apa yang gue bilang!" perintah Sivia, lalu menarik tangan Shilla yang malu dan Zahra yang nempel banget sama Alvin.
"Yah, gue dijauhin lagi dari Zahra, pas lagi nge-date lagi! Bener-bener ya Sivia, tega met! Udah lo juga cepet ayo ke sana, ganti baju, biar gue juga bisa sama-sama Zahra lagi!" gumam Alvin yang langsung disambung dengan bentakannya.
"Nyantai napa lu... pisah bentar aja sama pacar gak bisa, emang bener-bener ya lo! Yuk ke sana, ntar gue dimarahin lagi sama Sivia!" sahut Rio, lalu mereka berdua segera ke toilet.
***
Shilla, Sivia dan Zahra
"Jahat ya lo berdua, gue lagi nge-date ama cowok gue dipisahin, kejam lo berdua!" ujar Zahra marah.
"Ya sori, tapi mikir dong, lo mau ke sana, nungguin Rio ganti baju? Atau Alvin yang ke sini, nemenin kita belanja? Mending elu yang ditemenin sama dia, kan lu ceweknya! Ini 3 cewek dia temenin belanja, ntar dikira dia playboy trus kita cewek murahan!" sahut Sivia. Zahra berpikir lalu diam dan kembali memilah-milih baju untuk Shilla. Sivia mengangkat bahu dan melakukan hal yang sama dengan Zahra. Shilla diem aja, setelah dia udah dapet baju dia langsung ke toilet buat ganti baju, trus ke bioskop bareng Zahra sama Sivia.
***
Bioskop
Zahra langsung disambut sama Alvin.
"Zahraa!!" seru Alvin, lalu memeluknya.
"Aelah norak lu Vin, gak ketemu 10 menit aja udah kayak gitu! Dasar ya pasangan lagi suka ngegombal!" ujar Rio.
"Dari pada lo, jomblo mulu kerjaannya! Masih mending gue, bahagia! Eh ngomong-ngomong lo abis ke mana Siv?" tanya Alvin.
"Ke makam Iyel, kan gue udah janji ke sana tiap hari. Lo sendiri ngapain Vin, Zah?" jawab Sivia yang disambung dengan pertanyaannya. Mereka semua diam, lalu Alvin menjawab pertanyaan Sivia.
"Nge-date, jemput Zahra di kosannya, makan di Fish & Co., terus nonton" jawabnya.
"Trus kemaren pada ngapain?" tanya Rio.
"Gue cabut ke kosan gue, males lama-lama di sana. Lo sendiri Yo?" tanya Sivia.
"Gue nganterin Shilla pulang, trus ya gitu deh, kan udah tau ceritanya" jawab Rio.
"Lo Vin, Zah?" tanya Shilla.
"Kepanjangan buat di ceritain" jawab Alvin.
"Malem bersejarah tuh" celetuk Zahra.
"Ngapain lo berdua? Jangan-jangan jangan-jangan nih!" sahut Shilla.
"Maksud lo apa?" tanya Alvin.
"Gak, lo ngapain?" tanya Shilla setelah menjawab.
"Ngajak Zahra dinner, trus nganter dia pulang" jawab Alvin.
"Katanya panjang banget kalo di ceritain?" tanya Rio.
"Emang. Itu kan cuma ngasih tau inti dari semuanya. Belum diceritain gue ngapa-ngapain aja kan sama Zahra?" jawab Alvin.
"Eh, lo gak ngapa-ngapain Zahra kan?" tanya Sivia curiga.
"Ya enggaklah!! Kan gue cuma ngajak dia dinner, dansa, makan, ngomong, nafas, minum, gombal-gombalan... tapi gak ampe segitunya kali!" jawab Alvin.
"Iya ah... ha? Dinner? Dansa? Mang lo berdua ke mana?" tanya Sivia kaget.
"Ke restoran, tapi gue sih gak tau namanya, si Alvin kok yang milihin... romantis banget tempatnya, kapan-kapan ke sana lagi ya...." jawab Zahra. Alvin mengangguk.
"Sori ganggu kasmaran kalian... tempatnya di mana Vin? Penasaran gue!" tanya Shilla.
"Di... tu restoran gak punya nama, cuma ada tulisan 'TEMPAT PALING COCOK BUAT BERDUAAN YAITU DI SINI' sama 'ROMANTIC CAFE', sebelah Chillate cafe" jawab Alvin.
"Tu cafe punya nama, oneng!! Namanya tuh Romantic Cafe... itu mah gue juga tau, sebelah cafe langganan gue tuh! Gue gak pernah ke sana, soalnya gak ada cewek yang mau nemenin gue ke sana... itu cafe isinya cuma pasangan yang lagi kasmaran semua!" sahut Rio.
"Iya ah, yang penting gue dapet momen sama dia, udah ya gue mau pisah, masih mau nerusin acara gue yang diganggu lo lo semua. Lo semua pulang aja sono, daahh..." pamit Alvin, menggandeng tangan Zahra dan menuju Time Zone.
"Gue ikut!" teriak Shilla.
"Gak! Pulang aja sana hus hus!" usir Zahra.
"Jahat lu Zah sama temen sendiri... gue kan takut si Alvin ngapa-ngapain lo, kan buat elo juga Zah!" sahut Shilla.
"Gue bisa dipercaya, Shilla... lagian kan kemaren gue juga gak ngapa-ngapain Zahra, gue kan tau diri... masalahnya lo bertiga tuh ganggu kita mulu, kita tuh masih mau nerusin acara kita... masih ada waktu ampe jam setengah delapan. Jam delapan Zahra gak pulang baru deh lo boleh khawatir!" jelas Alvin meyakinkan. Akhirnya Shilla mengalah dan membiarkan mereka berdua pergi, sedang ia, Sivia dan Rio pulang. Jam 7 Alvin pulang mengantar Zahra.
***
Keesokan harinya di kampus
"Gimana Vin, Zah? Enak nge-datenya?" tanya Shilla.
"Iya. Kenapa? Iri? Makanya, punya cowok dong! Jangan nge-jomblo mulu!" jawab Alvin.
"Haha, belum ada yang nembak. Eh Zah, Vin, masuk ke kelas ya, udah mau masuk!" sahut Shilla, menarik tangan Zahra ke arah kelas. Sivia ngekor. Alvin memasang muka memelas lalu pergi.
"Kasian... Alvin bener-bener cinta mati ya sama lo Zah?" ujar Sivia.
"Bagus deh, gak bakal gue putusin tuh cowok!" sahut Zahra, lalu tertawa bersama Sivia dan Shilla.
***
Jam kosong
Alvin dan Zahra kembali gombal-gombalan lagi di taman belakang.
"Buset dah ya... ni anak dua masih aja kasmaran, gak peduli kapan dan di mana... ckckck" komentar Rio.
"Alah lo punya cewek paling juga kayak gini Yo!" sahut Alvin.
"Iya deh serah... udah ya, gue ke kantin dulu. Gak enak ganggu pasangan lagi gombal" pamit Rio.
"Lo ikut gak Shill, Vi?" tanya Rio.
"Ikut" jawab mereka berdua serempak. Mereka bertiga pun menuju kantin, sedang Alvin dan Zahra masih aja di taman, peluk-pelukan trus gombal-gombalan gak jelas. Tapi mereka gak sendirian, ternyata ada yang ngintip!
---
NEXT PART
Tidak ada komentar:
Posting Komentar