Sabtu, 11 Juni 2011

Gue Benciiii... Sama Elo!-Part 33 & 34

PREVIOUS PART

---

(Part 33)

"Udah nyampe, Ke" ujar Deva.

"Iya. Makasih ya" tanggap Keke, turun dari mobil Deva.

"Sabar ya Ke" ucap Deva.

"Iya. Hati-hati di jalan ya" ujar Keke. Deva tersenyum, membuat Keke meleleh. Keke menunduk.

"Udah ya Ke, gue pulang ke rumah" pamit Deva.

"I... iya, makasih ya" sahut Keke gugup, masih menunduk. Deva pun memacu mobilnya ke rumahnya. Keke memerhatikan Deva, setelah Deva hilang dari pandangannya ia pun masuk ke rumahnya. Gue harus bisa tegar, udah cukup gue nangis. Gue harus mandiri, dan gak ngandalin orang lain mulu. Gila ya, gue laper. Padahal baru aja tadi makan! batin Keke. Ia pun berjalan ke arah dapur. Hmm... buat apa ya? Yang gampang-gampang aja deh! pikir Keke lalu membuka kulkas. Bikin telor aja, kan gampang. Diapain ya? Dadar aja deh! batinnya, mengambil sebutir telur dari kulkas. Ia memecahkannya, menaruh cairan yang ada di dalamnya ke dalam mangkuk, mengocoknya, lalu memasaknya. Ia pun mengambil nasi putih dan mulai makan. Setelah makan ia menghampiri kakaknya. Kakaknya masih menangis, tubuhnya lemas.

"Kak, kakak makan ya? Keke buatin sesuatu" ujar Keke. Kakaknya menggeleng, lalu menangis lagi.

"Kak, kakak gak boleh gini, entar kakak bakalan sakit dan mati kelaperan. Entar Keke gimana? Ini aja Keke gak ngerti harus gimana. Kakak kan kakaknya Keke, harusnya kakak yang ngasih tau Keke harus gimana. Keke masih kecil kak, masih kelas 8, umur 13. Belum remaja, gak seharusnya Keke pusing sendiri dan ngehibur kakak" ujar Keke. Shilla hanya terus menangis.

"Tadi kak Alvin sama kak Zahra mampir ke sekolahnya Keke, katanya mau jemput Keke sekalian jenguk kakak. Kakak masuk kampus lagi ya?" pinta Keke. Shilla menggeleng.

"Ya udah, tapi kakak harus makan" perintah Keke. Shilla masih menggeleng.

"Kak, Keke harus gimana? Keke rindu sama kak Shilla yang dulu, yang masakin Keke tiap hari, ngebantuin Keke sama PR Keke, dan ngajak jalan Keke. Keke mau kak Shilla yang dulu, yang selalu ceria, bukan kak Shilla yang murung dan selalu nangis kayak gini! Kakak tuh nambah-nambahin stressnya Keke aja!" teriak Keke emosi lalu pergi. Shilla terus saja menangis, tetapi hatinya sakit. Keke benar, tapi ia tak bisa menahan air matanya keluar.

***

2 hari kemudian

Hari ini genap 5 hari Shilla gak masuk kampus. Rio jadi makin khawatir. Akhirnya ia memutuskan, hari ini ia harus mengunjungi Shilla. Sepulang dari kampus ia langsung menuju rumah Shilla dengan motornya itu. Ia tidak berkonsentrasi dengan motornya, yang ia masuk di pikirannya hanya Shilla.

***

Rumah Shilla

Rio menekan tombol bel. Tak lama kemudian pintu dibuka.

"Eh, kak Rio. Ada apa?" tanya Keke yang membukakan pintu.

"Lagi mau ke sini aja. Shillanya ada?" tanya Rio. Keke menengok ke belakang dengan muka khawatir.

"Masuk aja kak" ujarnya. Rio pun memasuki rumah Shilla. Betapa kagetnya dia, di ruang tamu ada seorang cowok yang duduk di sofa.

"Siapa Ke?" tanya cowok tersebut.

"Kenalin, ini kak Rio. Kak Rio, ini Deva, temenku di sekolah" ujar Keke, memperkenalkan keduanya.

"Rio" ujar Rio, mengulurkan tangannya.

"Deva" ujar Deva, menjabat tangan Rio.

"Duduk kak" perintah Keke. Rio menurut. Ia duduk di sebuah kursi.

"Kak, Dev, Keke ke kak Shilla dulu ya" pamit Keke.

"Emangnya si Shilla kenapa?" tanya Rio.

"Lagi sakit" jawab Keke berbohong.

"Sakit apa?" tanya Deva, pura-pura tidak tau apa-apa.

"Demam" jawab Keke. "Udah ya, Keke ngurusin kak Shilla dulu" pamit Keke lalu pergi ke kamar Shilla.

***

Kamar Shilla

Keke masuk, lalu melihat kakaknya sedang menangis seperti biasa. Sebuah mangkuk berisi bubur tak disentuh Shilla, padahal bubur itu disiapkan oleh Keke supaya kakaknya makan.

"Kak, makan ya... udah 5 hari kakak gak makan. Nanti sakit, ayo dimakan" ujar Keke. Shilla menggeleng.

"Ayolah kak, liat tuh, kakak udah lemes. Ayo makan" paksa Keke. Shilla masih saja menggeleng. Keke menyendok bubur, lalu menyuapi kakaknya.

"Ayo kak, buka mulutnya" ujarnya. Shilla mentup mulutnya rapat-rapat dan menggeleng.

"Ayolah kak, kak Rio mampir tuh. Deva juga mampir. Malu dong" ujar Keke. Shilla menggeleng dan menangis lagi.

"Ya udah, tapi nanti harus makan. Keke mau ngeladenin Deva sama kak Rio" pamit Keke lalu pergi ke ruang tamu.

***

Ruang tamu

"Gimana si Shilla?" tanya Rio.

"Gak mau makan, nangis mulu" jawab Keke.

"Nangis? Nangis kenapa?" tanya Rio bingung. Deva memberi pandangan Mampus-Lo-Ketauan-Sama-Dia ke Keke. Keke menutup mulutnya.

"Si Shilla kenapa?" tanya Rio panik. Keke diam saja. Ia memandang Deva dengan tatapan Tolong-Dong.

"Si Shilla kenapa?" tanya Rio setengah membentak. Deva membalas tatapan Keke dengan tatapan Sori-Gak-Bisa. Lalu ia mengubah tatapannya menjadi Gila-Ni-Kakak-Serem-Abis.

"Si Shilla kenapa?!" teriak Rio. Keke dan Deva diam saja, takut.

"Argh!" teriak Rio lalu menuju kamar Shilla.

"Jangan kak! Cowok gak boleh masuk kamar cewek!" larang Keke.

"Biarin!" teriak Rio lalu membuka pintu kamar Shilla. Betapa kagetnya ia melihat wajah Shilla yang pucat, matanya yang merah dan bengkak, rambutnya acak-acakan, tubuhnya kurus, dan lingkaran ungu terdapat di bawah matanya.

"Shill? Shill lo kenapa?" tanya Rio sambil menghampiri Shilla. Menyadari ada Rio di kamarnya, Shilla berhenti menangis.

"Shill, lo kenapa?" tanya Rio. Shilla diam saja.

"Ashilla Zahrantiara, lo kenapa?" tanya Rio tegas. Shilla diam saja.

"Lo gak makan-makan, ya?" tebak Rio. Shilla mengangguk lemah. Rio memandangi semangkuk bubur di atas meja.

"Itu makanannya siapa?" tanya Rio. Shilla menunjuk ke arah dirinya. Rio mengambil mangkuk bubur tersebut.

"Shill, makan ya" ujar Rio. Shilla menggeleng.

"Ayolah... Alvin, Zahra, Oik, sama Obiet bakal sedih liat lo kayak gini mulu, semua temen lo kangen sama lo. Ayo makan" ucap Rio. Shilla diam saja.

"Gue punya kabar terbaru tentang Oik, Obiet, Alvin sama Zahra loh" ungkap Rio.

"Apaan?" tanya Shilla dengan suara serak dan lemah.

"Kalau mau tau makan dulu" ujar Rio, memberikan bubur kepada Shilla. Shilla mengambilnya, tubuhnya lemas. Bubur yang dipegangnya hampir saja jatuh dan tumpah.

"Siniin!" perintah Rio, merebut mangkuk bubur dari tangan Shilla dengan cepat.

"Ntar jatoh ni mangkok, bisa nyendok gak lo?" tanya Rio. Shilla menggeleng lemas. Rio pun menyendok bubur tersebut.

"Buka mulutnya!" perintah Rio. Shilla menurut. Rio pun menyuapi Shilla. Keke yang mengintip sedari tadi tersenyum, masalahnya beres.

***

Ruang tamu

"Gimana Ke?" tanya Deva.

"Ya gitu deh. Kak Shilla akhirnya makan juga. Disuapin sama kak Rio tuh!" jawab Keke sambil cekikikan. Deva tertawa. Deva mencomot kue yang terhidang di meja.

"Beli di mana lo? Enak banget!" tanya Deva.

"Kak Shilla yang buat" jawab Keke, mengikuti Deva.

"Hah? Kak Shilla yang buat? Gila enak abis!" komentar Deva.

"Iya. Kak Shilla kan jago masak" ungkap Keke bangga. "Nah, kalo kak Shilla gue percaya. Kalo elo jago masak gue gak percaya" ujar Deva.

"Kurang asem lo!" seru Keke. Deva tertawa, lalu mencomot lebih banyak kue. Keke mengikuti Deva. Tiba-tiba bel berbunyi. Deva melihat jam.

"Bentar ya, gue bukain pintu dulu" ujar Keke sambil bangkit. Deva mengangguk. Setelah Keke pergi Deva tersenyum. Udah saatnya, pikir Deva senang. Di depan pintu, Keke bingung.

"Tapi saya gak mesen ini!" seru Keke.

"Tapi alamatnya tertuju ke sini, atas nama Gabrielle Angeline Thalitha Pangemanan" ucap salah seorang petugas.

"Iya, tapi saya atau kakak saya gak mesen ini" ujar Keke, tetap bersikukuh dengan pendapatnya.

"Maaf, mungkin ini kejutan. Terima kasih" pamit petugas tersebut lalu pergi. Keke bingung. Gue harus apain nih bunga, boneka, sama cokelat? Cokelat pengen gue makan, tapi kalau ini kiriman nyasar kan gak enak... ah bawa masuk dulu deh! pikir Keke lalu masuk. Ia ke ruang tamu lagi, membawa sebuah boneka teddy bear besar berwarna cokelat, sebuah buket bunga besar berisi bunga mawar dan lily, dan sebuah kotak cokelat berbentuk hati. Keke menaruhnya di meja.

"Lo beli apaan? Gila, kok feminin abis?" tanya Deva, memperhatikan semua benda-benda tersebut.

"Gak tau, ada yang ngirimin ke sini. Cokelatnya sih lumayan, tapi kalau kiriman nyasar kan repot sendiri" ujar Keke, duduk di samping Deva, bersandar. Ia memperhatikan ketiga benda tersebut. Deva menggerutu. Ternyata si Keke gak sadar! Huuhhh, segede bagong gitu masa gak keliatan sih? pikir Deva sebal.

"Eh?" tanya Keke, langsung duduk tegak.

"Kenapa Ke?" tanya Deva penuh harap.

"Ini ada tulisan" jawab Keke, menunjuk ke arah boneka. Boneka tersebut sedang memegang sebuah hati, dan di hati itu ada tulisan.

"I love you Keke" ujar Deva.

"Iya, tulisannya itu" tanggap Keke, mengangkat boneka tersebut. Deva menggeleng.

"Bukan" ujarnya.

"Lo buta ya? Tulisannya tuh itu, baca deh" ucap Keke, menyodorkan boneka tersebut.

"Iya gue tau itu tulisannya" ujar Deva.

"Trus?" tanya Keke, memainkan boneka tersebut. Jantung Deva berdebar-debar. Ia menarik nafas panjang, lalu ia meraih kedua tangan Keke dan menggenggamnya. Ia menatap Keke tepat di matanya. Jantung Keke berdebar-debar tak karuan.

"Sejak pertama kali gue ngeliat lo di MOS, gue jatuh cinta sama lo. Gue yang ngirimin semua ini ke lo, soalnya gue mau nyatain perasaan gue. Gue sayang sama lo Ke, gue cinta sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Deva. Keke mematung, tak tau harus berkata apa. Bahasa lainnya Speechless. Ia menatap mata Deva, jantungnya berdetak hebat. Apalagi saat ia mendengar Deva berbicara tadi, jantungnya berhenti seketika. Deva juga diam, menunggu jawaban dari Keke. Jantungnya berdetak hebat, semua yang ingin ia katakan selesai sudah. Sekarang tinggal jawaban dari Keke saja.

"Ke, Dev, lo berdua ngapain?" tanya Shilla yang baru keluar dari kamarnya. Deva sama Keke tidak menghiraukannya, denger juga tidak.

"Woi lo berdua ngapain??" teriak Rio. Deva dan Keke tersentak kaget. Deva melepas genggaman tangannya, ia dan Keke menengok ke Rio dan Shilla.

"Eh kak Rio, kak Shilla... udah selesai makannya? Udah selesai nyuapin kak Shilla?" tanya Deva sambil nyengir.

"Tau dari mana lo?" tanya Rio.

"Mana kek... Deva gitu loh, tau hal-hal beginian..." jawab Deva narsis.

"Eh, lucu amet nih boneka! Bunganya bagus deh, coklat lagi! Dari siapa Ke?" tanya Shilla, mengangkat boneka teddy bear.

"I love you Keke... hayo, dari siapa?" tanya Shilla. Keke merebutnya.

"Ini semua punya Keke, dari seseorang. Jangan sentuh, ntar kotor! Udah kak Shilla sama kak Rio ke mana gitu kek, Keke sama Deva mau ngomong empat mata" ucap Keke dingin, menggendong boneka, bunga, dan cokelat miliknya sekaligus.

"Iya deh, tapi awas, jangan macem-macem lo berdua!" ancam Rio.

"Ya ampun kak, kita gak segitunya kali!" tanggap Deva.

"Serah deh, paling mereka juga mau kasmaran. Yuk Yo, kita keluar. Diusir" ajak Shilla sambil mendorong Rio ke teras rumahnya. Keke menahan nafas melihat mereka pergi. Setelah mereka hilang dari pandangan, Keke menghembuskan nafas lega.

"Jadi Ke?" tanya Deva. Keke menaruh barang-barang bawaannya di meja, lalu mengatur letaknya. Hanya untuk memperpanjang waktu berfikirnya. Deva menunggu dengan sabar. Akhirnya Keke selesai mengatur barang bawaannya, dan ia pun berdiri menghadap Deva. Mukanya serius. Deva menyiapkan diri untuk mendengar jawaban penolakan. Tetapi yang terjadi adalah : Keke meneteskan air mata dan memeluk Deva.

"Ke? Ke, lo kenapa?" tanya Deva.

"Iya, Dev... gue mau jadi pacar lo" ujar Keke, tak menghiraukan pertanyaan Deva tadi.

"Yang bener Ke?" tanya Deva kaget, melepaskan pelukan Keke dan menatapnya tepat di matanya. Keke mengangguk. Deva memeluknya lagi, wajahnya kaget bercampur senang. Tak lama kemudian Keke melepaskan pelukannya, lalu mengusap air matanya. Ia pun duduk di sofa. Deva duduk di samping Keke, lalu merangkulnya. Keke mencomot kue buatan kakaknya.

"Laper Ke?" tanya Deva. Keke mengangguk.

"Makan yuk" ajak Deva sambil bangkit.

"Yuk. Makan apa?" tanya Keke sambil berdiri.

"Serah kamu. Mau makan di mana? PIM?" tanya Deva.

"Chillate Cafe aja" jawab Keke. Deva mengerutkan keningnya.

"Di mana tuh?" tanya Deva.

"Tanya aja sama kak Rio. Pas kak Shilla ngilang nyarinya ke situ, kayaknya enak deh. Jadi pengen nyoba" jawab Keke.

"Oh ya udah, yuk keluar" ajak Deva, menggandeng tangan Keke. Keke tersenyum manis, lalu mereka berjalan ke teras rumah Keke.

"Kak Rio!" teriak Deva, menghilangkan keheningan antara Shilla dan Rio.

"Apaan?" tanya Rio, menengok ke arahnya.

"Tunjukin dong, Chillate Cafe di mana!" seru Deva.

"Mang kenapa?" tanya Rio.

"Deva sama Keke mau makan di sana" jawab Keke.

"Ngomong-ngomong kenapa kalian berdua pegangan tangan?" tanya Shilla. Deva dan Keke nyengir kuda.

"Kita udah jadian" jawab Deva, merangkul Keke. Keke membentuk angka dua di tangannya, menandakan 'peace'.

"Hah?!" tanya Shilla dan Rio berbarengan, kaget. Deva dan Keke tertawa.

"Yah... keduluan adek sendiri, gak punya pacar gue. Nasib, nasib..." keluh Shilla.

"Kita senasib Shill" ujar Rio.

"Udah, kakak jadian sama kak Rio aja, gak ada yang ngelarang kok" ucap Keke. Shilla dan Rio diam saja.

"Udah ah! Kak Rio, Chillate Cafe di mana?" tanya Deva.

"Udah ntar gue ikut lo aja, jadi penunjuk jalan. Sekalian bayar PJ" ujar Rio santai.

"Enak! Emang kakak siapa Keke sama Deva?" tanya Keke.

"Temen" jawab Rio.

"Gue bungkusin ya Yo, gue di sini aja" ujar Shilla.

"Kakak mau mainin boneka, bunga, sama cokelatku ya? Gak boleh! Awas kalau sampe nyentuh, Keke sebarin aib kakak yang waktu itu" ancam Keke. Buset dah si Keke pake tau pikiran gue segala lagi! batin Shilla kesal.

"Ya udah, kakak ikut aja ke sana" ujar Shilla pasrah. Mereka pun menuju mobil Deva.

+++

(Part 34)

Chillate Cafe

Deva pegangan tangan sama Keke, bikin Rio gatel pingin pegangan tangan sama Shilla. Eh? Kok si Shilla aneh sih? Perasaan tadi ketawa, kok sekarang jadi diem gitu? Dia liat apa sih? tanya Rio dalam hati, mengikuti arah pandangan Shilla. Buset dah, apa asyiknya ngeliatin lantai? Paling juga ngiri sama adeknya. Huuh... kenapa sih gue yang udah umur 23 masih jomblo aja, eh si Deva sama Keke yang umurnya 14 sama 13 udah pacaran. Arrgghh ngiri gue! pikir Rio kesal.

"Eh kak, kita duduk di sana aja" ujar Keke, mengangkat kepalanya yang sedari tadi bersandar ke bahu Deva dan menunjuk ke arah sebuah meja. Shilla dan Rio mengangguk, lalu mereka segera berjalan ke meja tersebut. Deva duduk di samping Keke.

"Gimana sih, orang pacaran kan duduknya madep-madepan, ini malah samping-sampingan. Dasar pasangan aneh" komentar Rio.

"Kan itu biasanya. Ini kan ciri khas kita berdua, lagian kan lebih deket kalo kayak gini" tanggap Deva.

"Bilang aja kak Rio ngiri, udah gede masih jomblo. Kita yang masih kecil udah pacaran, iya kan?" tanya Keke. Buset dah! Si Keke bisa baca pikiran ya? tanya Rio dalam hati. Rio tak menjawab. Deva sama Keke asyik sendiri.

"Maaf, mau pesan apa?" tanya salah seorang pelayan.

"Gue pesen ioffee sama ariumushroom" ujar Rio. Pelayan tersebut menulis, lalu menunggu. Rio menatap Keke dan Deva.

"Woi lo berdua pesen apa?" tanya Rio setengah berteriak.

"Eh iya! Keke pesen ifruitpunch sama khansian steak aja" jawab Keke kaget.

"Kak Rio ngagetin aja deh... Deva mau vilate sama aizzoup" ujar Deva, lalu merangkul Keke.

"Shill? Lo pesen apa?" tanya Rio lembut. Shilla tersentak kaget.

"Apa Yo?" tanya Shilla. Rio senyum maksa. Jadi dari tadi dia bengong? Gila ya nasib gue lagi jelek! batin Rio sebal.

"Lo pesen apa?" tanya Rio, mengulangi pertanyaannya.

"Oh, gue pesen shilolly sama spicy vanyam crispy" jawab Shilla. Pelayan tadi menulis lagi.

"Lo jangan bengong dong Shill" tegur Rio.

"Sori, lagi mikirin sesuatu" ujar Shilla gugup. Rio mengangguk, tapi ia agak curiga. Ia pun menepis pemikiran itu.

"Eh Ke, ntar di rumah kakak bagi cokelat ya?" tanya Shilla, mengalihkan pembicaraan.

"Gak! Keke mau makan sama Deva!" larang Keke.

"Aelah Ke, sama kakak sendiri juga! Ayolah, berbaik hati sedikit..." ujar Shilla memelas.

"Gak boleh! Itu cokelat dari Deva, Keke gak mau ada orang yang makan kecuali Keke sama Deva!" seru Keke, tetap kukuh pada pendiriannya.

"Dev... paksa Keke dong, calon kakak ipar nih... ntar pas nikah gak kakak restuin loh" ancam Shilla, menatap Deva dengan pandangan memelas. Sedang Keke memandangnya dengan pandangan Plis-Jangan-Diturutin. Deva jadi bingung. Ia memandangi kedua cewek itu dengan tampang bingung. Keke merasa kasihan, ia pun mengalah.

"Iya deh, entar Keke kasih. Kasian Deva" ujarnya, memejamkan mata dan menghembuskan nafas.

"Yes... Keke baik deh!" seru Shilla, memeluk Keke.

"Kak, gak... bisa... nafas!!" ujar Keke.

"Eh iya sori!" ujar Shilla, melepaskan pelukannya.

"Tapi kak, di cokelat itu ada rahasia Deva kak" ujar Deva. Shilla memasang muka kecewa.

"Yah..." keluhnya.

"Sori ya kak" ucap Deva, meminta maaf pada Shilla.

"Gak pa pa kok" ujar Shilla sambil tersenyum maksa.

"Yes! Makasih Devaku..." sorak Keke, memeluk Deva. Deva memasang tampang senang.

"Apa aja deh buat Keke" ujar Deva. Keke tersenyum senang. Shilla menggerutu.

"Gila ya, zaman sekarang udah gokil! Anak kecil aja tau gimana caranya ngegombal" komentar Rio sebal.

"Hebat kan kak? Eh udah dateng!" ujar Keke, melepaskan pelukannya dan duduk tegak, siap untuk makan. Setelah semua pesanan ditaruh di meja, mereka semua pun makan.

"Ke, cobain dong" ujar Deva. Keke mengangguk, lalu mempersilahkan Deva untuk mencomot.

"Suapin maksudku" jelas Deva. Keke tersedak.

"Eh? Keke!" seru Deva kaget, memberi Keke minum. Keke pun minum.

"Haah..." ujar Keke lega. Deva memperhatikannya.

"Kenapa Ke?" tanya Rio.

"Enggak kok, keselek doang. Nih Dev, Aaa..." ujar Keke, menyuapi Deva. Deva memakannya dengan senang hati.

"Yah mesraan lagi. Jadi gak enak ganggu" komentar Shilla.

"Ya udah, sana pergi!" usir Keke. Deva mengangkat jempolnya tanda setuju.

"Yah diusir lagi! Yuk Yo" ajak Shilla sambil bangkit.

"Kok gue ngikut? Kan elo yang diusir" tanya Rio.

"Ya temenin guelah Yo, lo kan sahabat gue" pinta Shilla. Rio terdiam. Jadi dia cuma nganggep gue sahabat? Emang itu sih. Shilla... seandainya lo tau perasaan gue ke lo, batin Rio.

"Ya udah deh" ujar Rio pasrah, mengikuti Shilla ke sebuah meja tak jauh dari situ. Keke dan Deva suap-suapan lagi, sukses membuat Rio cemburu dan memandangi mereka terus. Sedang Shilla terus saja melamun, memikirkan sesuatu.

***

Rumah Shilla

Rio, Keke dan Shilla turun. Deva masih di mobilnya, sekalian pulang.

"Udah Dev, main aja sebentar lagi" ujar Keke.

"Sori Ke, entar papa sama mamaku marah, apalagi pas denger aku abis main dari rumah cewekku" ucap Deva.

"Oh ya udah deh, sampai ketemu besok ya" ujar Keke.

"Iya, selamat malam Keke, tidur yang nyenyak ya" kata Deva.

"Iya Dev, pasti. Aku malem ini pasti mimpiin kamu" ungkap Keke.

"Aku juga, aku setiap hari mimpiin kamu" ungkap Deva. Muka Keke memerah.

"Muka kamu merah tuh... udah ya, sampai ketemu besok" pamit Deva.

"Iya Dev, dah..." ujar Keke, melambaikan tangannya.

"Dah..." sahut Deva, balas melambaikan tangan. Deva pun pergi.

"Buset dah, masih aja nyempet-nyempetin buat mesra-mesraan. Gue pulang deh" pamit Rio.

"Iya kak. Makasih ya udah mampir!" sahut Keke.

"Iya sama-sama. Eh Shill, masakin sesuatu yang enak dong besok, sebagai tanda maaf lo udah gak masuk 5 hari dan bikin khawatir semuanya" perintah Rio. Shilla mengangguk.

"Bilang aja kak Rio mau makan masakannya kak Shilla!" celetuk Keke. Buset dah, ni anak beneran bisa baca pikiran orang ya? tanya Rio jengkel.

"Kan saran doang, lagian si Shilla udah gak masuk 5 hari gak ngabarin, wajib dong minta maaf!" ujar Rio ngeles.

"Halah, gak usah boong deh kak" desak Keke.

"Udah udah diem, iya ntar gue buatin. Udah sana pergi" usir Shilla.

"Yee... ngusir nih ceritanya? Dah.." pamit Rio sambil menaiki motornya dan pergi. Shilla memandangi Rio sampai pergi, lalu ia pun masuk ke rumahnya, diikuti oleh Keke. Sesampainya di rumah, Keke duduk di sofa ruang tamu.

"Bagi cokelat ya Ke" ujar Shilla.

"Iya, tapi entar. Abis Keke liat apa rahasianya Deva" sahut Keke.

"Oh oke, kakak ganti baju dulu ya" ucap Shilla. Keke mengangguk. Shilla pun pergi ke kamarnya. Keke mengambil boneka pemberian Deva, lalu memeluknya. Betapa kagetnya ketika ia memencet perut boneka tersebut muncul sebuah suara.

"Buat Keke dari Deva... love you forever Ke" ucap suara tersebut. Keke memencetnya lagi. Suara tersebut terdengar lagi. Keke tersenyum. Deva emang penuh kejutan orangnya, batinnya. Ia pun menaruh boneka tersebut di sampingnya, lalu mengambil bunga. Ini bunga beneran? Wah bagus banget! batin Keke kagum. Tiba-tiba ia menyadari ada surat yang diselipkan di salah satu bunga. Keke mengambilnya.

Rawat bunga ini ya, bunga ini harus selalu hidup, pikir Keke, membaca tulisan di surat itu. Ia pun tersenyum lagi, semakin lebar. Ia menaruh bunga tersebut di samping bonekanya, lalu ia mengambil cokelat. Ia membuka kotaknya. Isinya satu cokelat besar berbentuk hati, bertuliskan

"Keke, aku sayang kamu seumur hidupku. Aku gak mau ngelepasin kamu, dan cuma kamu yang ada di pikiranku. Aku memimpikanmu tiap malam, dan melihatmu saja aku sudah bahagia. Dimakan ya cokelatnya, jangan disimpen aja. Mubazir. Tidur yang nyenyak ya malam ini... Anak Agung Ngurah Deva Ekada Saputra. PS : Ini cokelat buatanku loh" ujar Shilla, membaca tulisan yang ada di cokelat tersebut.

"Kyaa!!" teriak Keke.

"Apa sih?" tanya Shilla.

"Kakak kayak hantu aja, tiba-tiba ada di belakang Keke. Gak jadi Keke bagi cokelatnya kak, Keke mau makan sendiri. Ini buatan Deva soalnya" ujar Keke, menutup kotak cokelat tersebut dan membawa ketiga barangnya ke kamarnya.

"Keke pelit!!" teriak Shilla.

"Emang!" Keke balas berteriak. Shilla cemberut, lalu berjalan menuju kamarnya. Keke menutup pintu kamarnya dengan kaki, lalu menaruh barang bawaannya di meja. Ia mengambil vas bunga pemberian Shilla pada ulang tahunnya yang ke-12, menyusun bunga pemberian Deva di situ, lalu menaruhnya di meja. Ia duduk dan memandangi bunga itu selama semenit, lalu mengambil boneka teddy bearnya. Ia menaruhnya di kasur agar bisa ia peluk nanti saat tidur. Ia pun membuka kotak cokelatnya dan memandangi cokelatnya. Sayang banget ni cokelat dimakan... bagus banget sih. Ah gue potret aja, batin Keke. Ia pun memotret cokelat tersebut dengan kameranya, lalu memakannya dengan nikmat. Ia tersenyum, ternyata Deva jago buat cokelat.

Setelah menghabiskan cokelatnya ia berganti baju dan berbaring di kasurnya. Ia memeluk boneka pemberian Deva. Ia memencet perut boneka tersebut. Suara Deva keluar lagi. Keke tersenyum senang, lalu ia memeluk boneka teddy bear itu erat-erat. Dan ia pun memejamkan mata, dan bermimpi tentang Deva dan barang-barang pemberiannya.

***

Keesokan harinya

Shilla dan Keke sarapan di ruang makan. Shilla telah pulih lagi, karena itu ia membuat sarapan berupa paella.

"Mm... enak kak! Masakan kak Shilla emang top!" komentar Keke, memakan paellanya. Shilla tersenyum. Ia sedang memasukkan paella ke beberapa tempat makan untuk dibawa ke kampus.

"Udah ya kak, Keke udah ditungguin Deva tuh!" pamit Keke setelah selesai makan.

"Iya, tapi anterin kakak dulu ke kampus!" ujar Shilla.

"Aelah kak, nanti Keke telat!" keluh Keke.

"Makin lama kita debat, makin telat kamu masuknya" ujar Shilla santai, lalu memasukkan tempat-tempat makanan tadi ke tasnya.

"Yuk" ajak Shilla, menuju pintu depan rumahnya. Mereka pun menghampiri Deva.

"Hai Dev" sapa Keke.

"Udah siap?" tanya Deva.

"Udah, tapi kakakku mau ikut" jawab Keke.

"Ngapain kakakmu ke sekolah kita?" tanya Deva kaget.

"Bukan ke sekolah kalian, anterin ke kampus" jawab Shilla.

"Hah? Ntar kita telat kak" ujar Deva.

"Makin lama debat makin telat kalian. Udah ah buruan!" perintah Shilla, langsung naik mobil Deva. Keke menggerutu lalu naik juga.

Sesampainya di kampus depan kampus, Shilla masih pengen godain pasangan di depannya ini gara-gara udah bikin dia ngiri.

"Kak! Udah nyampe kak!" seru Deva.

"Iya bentar, ini ada BBM (Blackberry Messenger, bukan Bahan Bakar Minyak)" sahut Shilla, memegang HPnya dan berlagak seolah-olah ada pesan masuk. Keke yang tak sabar langsung turun dari mobil Deva, lalu menyeret kakaknya keluar.

"Au sakit Ke! Iya iya kakak keluar!" teriak Shilla kesakitan.

"Makanya, gak usah sok lama-lamain deh!" ujar Keke, melepas tangannya. Buset dah, gue punya cewek garang amet! batin Deva ngeri.

"Dasar! Sabar ya Dev, lo dapet cewek garangnya minta ampun. Ke, jangan mukulin Deva lo!" ancam Shilla.

"Ngapain? Udah sana pergi hus hus!" usir Keke. Shilla pun menyambar tasnya, lalu turun dan pergi. Keke langsung naik lagi ke mobil Deva. Mobil Deva langsung melaju.

"Ke, tadi kamu serem banget!" komentar Deva sambil begidik ngeri. Keke nyengir.

"Masalahnya kalau gak digituin kak Shilla bakalan di situ mulu" ungkap Keke. Deva manggut-manggut.

---

NEXT PART

Tidak ada komentar:

Posting Komentar