Sabtu, 11 Juni 2011

Gue Benciiii... Sama Elo!-Part 23 & 24

PREVIOUS PART

---

(Part 23)

Orang itu sudah lama memendam rasa suka pada Zahra, tetapi ternyata Zahra suka sama orang lain, dan tentu saja hatinya sakit. Dan ia tidak sendirian, dia ditemani oleh seorang cewek. Cowok itu adalah Obiet, teman Zahra, tinggalnya di seberang kos Zahra. Ngekos juga, bedanya kalo kosnya Zahra khusus cewek, kosnya Obiet itu khusus cowok. Kemarin saat Zahra mau nge-date sama Alvin dia ngeliat, padahal dia mau nyatain cintanya itu. Untung aja, kalo enggak udah malu sendiri gue, nembak cewek yang udah punya cowok, batin Obiet waktu itu. Saat melihat pasangan yang baru 2 hari jadian itu kasmaran, tentu saja ia panas. Cewek yang disebelahnya menatapnya, ia seakan ingin menangis. Bagaimana tidak? Ia, sahabat Obiet. Ia, sudah lama memendam rasa cinta ke Obiet. Dia, setiap hari harus mendengar pernyataan Obiet tentang Zahra, Zahra dan Zahra, teman kosnya sendiri!! Orang itu adalah Oik. Dia berusaha tegar tetapi tidak bisa, perasaannya terlalu lembut. Pikirannya melayang ke peristiwa kemarin, tempat ia berusaha membantu Obiet.

***

Dalam pikiran Oik

Ia bersembunyi di balik semak-semak rimbun, berusaha memandu Zahra dan Alvin jalan ke jalan yang telah ditentukan, menjalankan misinya tersebut. Ia menjadi cupid bagi Obiet, dan ia melakukannya karena ingin melihat senyuman di wajah Obiet, walau itu berarti ia harus menahan rasa sakit yang amat, sangat berat. Ia kesal melihat Zahra dan Alvin yang tak kunjung berangkat, malah menikmati momen pelukan Zahra. Tentu saja pikirannya panas. Ia bukan tipikal cewek yang sabar, malah kebalikannya. Akhirnya ia keluar dari tempat persembunyiannya itu dan berteriak mengganggu mereka (dialog ada di part 20, kalau gak salah). Alvin pun jengkel dan hampir menabraknya, lalu tertawa puas. Alhasil ia mendapat amarah dari 2 cewek, Oik dan Zahra. Oik jengkel, tapi misinya berhasil. Zahra mengikuti petunjuknya, mereka menuju Jl. Tangga Nada, sesuai dengan rencana. Oik menggeleng-gelengkan kepalanya, siap menerima curhatan Obiet yang kecewa. Dugaannya benar, tak lama kemudian Obiet muncul, dengan bunga dan cokelat yang tak jadi ia berikan kepada Zahra.

"Sialan Ik, gue gak berhasil nembak dia. Untung aja, kalo enggak gue udah ceming sendiri tuh" ujarnya. Oik mendengarkan sembari menatap bunga lili putih yang dipegang Obiet. Zahra beruntung banget... disukain cowok cakep, romantis lagi! Lili putih... bunga kesukaan gue. Sori Biet udah boong ke lo, bunga kesukaan Zahra tuh bunga matahari bukan itu, itu bunga kesukaan gue. Coba aja gue yang dikasih... gue pasti udah jingkrak-jingkrak kesenengan! batinnya, lalu mengangguk-angguk mendengar suara Obiet.

"Lagian, lonya ngeyel sih Biet, udah gue bilangin si Zahra tuh udah punya cowok, malah tetep aja mau nembak dia. Ceming sendiri kan lu" ujarnya.

"Abis, lo kan suka boong, jadi gue gak percaya sama lo!" seru Obiet ngeles.

"Ngeles doang lo! Gue doain deh, semoga lu dapet cewek yang pas dan ngertiin lo buat nemenin seluruh sisa hidup lo" doa Oik, memejamkan mata dan memasang pose berdoa.

"Haha, amin deh, semoga cewek itu tuh Zahra" sahut Obiet. Oik tersenyum paksa.

"Eh jadi tuh bunga ama cokelat mau lo apain? Sayang, bunganya, bagus banget! Cokelatnya juga, mubazir tau!" tanya Oik.

"Ini? Buat lo aja, deh! Gue gak deket sama cewek lain!" jawab Obiet, mengarahkan dagunya ke bunga dan cokelat yang tergeletak di sampingnya. Muka Oik berseri-seri, lalu mengambilnya.

"Haha, seneng amet lo! Kenapa? Mau lo sayang-sayang tuh cokelat sama bunga? Gue tau, gue tuh emang sempurna, ampe elu aja suka sama gue!" tanya Obiet sambil narsis. Oik tersenyum kecil, lalu tertawa dipaksakan.

"Gak, lo tuh gak sempurna, narsis mulu!" sahut Oik pada akhirnya.

"Pamit dulu ya gue, sono pergi aja hus-hus, gue mau ngerjain tugas kampus" sambungnya, pamitan kepada Obiet lalu mengusirnya.

"Yee... diusir lagi gue! Udah baik gue kasih tuh bunga sama cokelat, malah diusir lagi gue! Udah, gue nemenin lo aja, lagian gue kan satu jurusan, bedanya gue lagi mau lulus S2 lo S1!" keluh Obiet.

"Serah lo deh" sahut Oik singkat, lalu Obiet pun mengikutinya, masuk ke kosannya, dan menuju kamarnya. Teman-teman kos memandangi mereka, dan ibu kos memandang mereka tajam, tapi tak bisa mengusir Obiet soalnya itu masih siang, belum malem. Oik tertawa, dan pikirannya terputus di situ, ia pun kembali ke dunia nyata.

***

"Woi Ik, lo ngapain?" tanya Obiet.

"Eh sori, gue bengong" jawab Oik, meminta maaf.

"Pinter banget sih lo!" sindir Obiet.

"Emang, udah ah cabut yuk, ntar lo sakit ati lagi" ajak Oik.

"Lo aja. Gue masih mau di sini" tolak Obiet. Oik mengangkat bahu, lalu sebuah pikiran nakal melintas dikepalanya. Ia lalu berdiri, bukannya kelauar diam-diam.

"Dasar ya, pasangan lagi kasmaran... asyik amet sih, gak ngapa-ngapain kan?" tanya Oik, tersenyum nakal. Obiet menatapnya marah. Sedang Oik membalasnya dengan lirikan sinis dan senyum kemenangan.

"Haha, makanya punya cowok dong... eh iya Ik, lo kok bisa ada di sini?" tanya Zahra.

"Kan gue ngekor lo, ngawasin elo, takutnya di apa2in sama cowok lo itu, kan bahaya" jawab Oik yang udah jelas bohong besar.

"Haha, udahlah Ik, gak usah takut, gue bisa jaga diri kok. Eh lo bisa pergi gak? Gue mau berduaan lagi sama dia, lo pasti bosen ya haha... dari tadi gue sama dia ngegombal mulu... udah sana hus hus pergi!" usir Zahra.

"Iya iya gue pergi, eh lo berdua langgeng ya... eh Vin, jagain tuh Zahra!" Oik menurut, lalu mengancam Alvin.

"Tenang aja... udah sana pergi, gue mau gombal-gombalan lagi sama cewek tercinta gue ini..." sahut Alvin, lalu mengusir Oik.

"Haha, cewek tercinta... gila ya lo berdua... ckckck! Iri gue sama lo, pengen cepet-cepet nyari cowok tapi susah! Belum takdir kali ya... udah ya sono, gombal-gombalan lagi sama yayang tercinta lo itu, tapi dosen udah mau masuk. Daaahhh..." pamit Oik, lalu Alvin dan Zahra menjadi sebal. Akhirnya mereka berdua jalan, tapi dasar emang pasangan susah di pisahin mereka masih aja pelukan! Yang ngeliat jadi sebel setengah mati... apalagi kebanyakan cewek yang patah hati gara-gara hubungan mereka berdua ini... ckckck.

***

"Eh semuanya, kita sekelompok lho pas kemping!" seru Shilla.

"Yes! Tapi tidurnya gak bareng kan?" tanya Sivia cemas, melirik ke arah Zahra dan Alvin.

"Apa lo liat-liat? Gak usah mikir macem-macem deh! Tunggu aja ampe kita nikah, baru sono mikirin jauh-jauh juga gak pa pa!" ujar Alvin sinis.

"Iya, tapi kapan ngelamarnya?" tanya Zahra.

"Ya nanti dong say, orang baru aja jadian 2 hari udah dilamar... apa kata dunia?" jawab Alvin. Zahra cemberut. Alvin merangkulnya.

"Gila ya, gak betah gue deket-deket lo berdua! Tunggu dulu napa kita ampe punya pasangan juga, baru ngegombal!" seru Rio marah-marah.

"Ya nyantai aja kali pak, sono kalo gak betah! Hus hus!" usir Alvin. Rio tambah sebal. Yang lainnya ketawa. Mereka tidak tau bahwa salah satu dari mereka akan mendapatkan rasa sakit yang luar biasa, dan yang lain akan mengalami tekanan batin...

+++

(Part 24)

Kemping tinggal tiga hari lagi. Dan begitulah, semua biasa-biasa saja. Shilla masih sering jalan-jalan sama Rio, Zahra sama Alvin gombal-gombalan, Oik sama Obiet cemburu, dan Sivia mengunjungi makam Gabriel setiap hari. Ia senang sekali ke sana, menceritakan pengalamannya dan curhatan hatinya, lalu mendapat solusi dari Gabriel. Ia masih saja menganggap Gabriel cowoknya, walaupun jarak antara dia sama Gabriel jauh banget, kehidupannya juga beda. Sering kali ia melihat Gabriel yang sedang memakai baju putih-putih bersandar di pohon dekat makamnya. Ia sudah terbiasa sekarang, dan ia pergi ke makam Gabriel setelah pulang dari kampusnya.

***

Makam Gabriel

Sivia duduk di kursi dekat makam Gabriel, capek. Jalan dari tempat ia memarkir mobil ke sini emang jauh banget, soalnya makam lagi penuh, ada yang baru aja meninggal dan sedang dikuburkan. Ia iseng melirik ke arah pohon-tempat-nongkrong-Gabriel, dan matanya menangkap sesosok laki-laki yang ia kenal, Gabriel. Sivia tersenyum, diberikannya senyum yang setulus dan semanis mungkin. Laki-laki itu balas tersenyum, mengangkat tangannya, mengisyaratkan 'hai', berjalan lalu menghilang. Sivia menggelengkan kepalanya, lalu ia melihat ke arah langit, pikirannya kembali ke masa lalu, pertama kali ia 'menjenguk' Gabriel.

Sivia memarkir mobilnya, lalu berjalan ke arah makam Gabriel. Ia duduk lalu memandangi makam tersebut. Ia mendoakan Gabriel, lalu pikirannya melayang ke kenangan paling indah antara mereka, yaitu kenangan 9 menit jadian. Air mata Sivia hampir terjatuh, lalu ia melihat sesuatu yang aneh. Ia menghapus air matanya, lalu memeriksa isi pot bunga kecil itu. Ia melihat sesuatu yang aneh, seperti semacam kertas yang digulung dan ditaruh di sana. Ia mengambilnya, lalu membuka gulungannya dan mulai membaca. Matanya membelalak. Ia menjatuhkan kertas itu, perasaannya takut. Tu... tulisan Gabriel? Gak mungkin, Yel kamu gak gentayangin aku kan? batin Sivia ketakutan. Lalu diambilnya kertas tersebut, lalu mulai membacanya dalam hati.

Untuk Sivia...

Sivia, aku masih sayang sama kamu, walaupun jarak antara kita tuh jauh banget... aku masih menganggap kalau kamu tuh cewek aku, apa pun yang terjadi. Tapi kamu juga harus cari pengganti aku, kamu gak boleh egois. Tenang aja, aku tuh gak gentayangin kamu, tapi kalau kamu mau cerita atau curhat ke aku kamu dateng aja ke sini, besokannya bakal nemuin kertas kayak gini lagi, jangan kaget lagi ya... kamu janji kan bakal ngunjungin makamku tiap hari? Aku seneng banget Vi, ntar kalau kamu mau bolos kunjungan ke makam kamu bilang sama aku, biar aku gak khawatir dan gentayangin kamu, hehe...

Sivia, aku pingin liat senyuman kamu, dan aku gak mau ngeliat tangisan kamu, jadi kamu harus tegar, kamu harus ngerelain aku pergi dan cari pengganti aku, tapi kamu ingat aku terus ya, karena orang yang sudah tidak ada lagi di dunia ini hanya bisa hidup dalam kenangan orang lain... keren ya bahasanya? Aku ambil dari komik conan, hehe.

Segini aja ya, gak tau harus nulis apa lagi. Inget ya Siv : kamu harus selalu tersenyum, gak boleh nangis karena kepergian aku lagi. Kamu juga harus cari pengganti aku dan jangan akhiri hidup kamu (jiah... bahasanya!) untuk nyusul aku. Itu aja ya, jangan takut ya Siv... aku masih cinta sama kamu.

Sincerely,


Gabriel



Sivia yakin itu tulisan Gabriel. Lagi pula ada tanda tangan Gabriel yang rumit banget, gak ada orang yang bisa menirunya. Air mata Sivia tumpah lagi, lalu ia menangis. Ia menengok ke kanan, lalu menemukan satu sosok yang sangat dikenalnya sedang menatap ke arahnya, menyandar di pohon.

"Gabriel?" bisik Sivia. Sosok itu tersenyum, lalu mengangguk. Ia mengangkat tangannya dan menarik bibirnya agar tersenyum, mengisyaratkan Sivia untuk tersenyum. Sivia buru-buru menghapus air matanya dan tersenyum setulus mungkin ke arah Gabriel. Gabriel mengangkat jempolnya, berjalan lalu menghilang. Sivia tersenyum semakin lebar, menyengir, lalu tertawa sendiri. Setelah berhenti ketawa ia pun berbalik badan ke arah makam Gabriel.

"Yel, aku kangen sama kamu, surat-surat dari kamu bakal aku simpen selamanya. Aku bakal selalu inget pesan kamu ini, aku akan tersenyum mengingat kamu. Aku bakal cari pengganti kamu, tapi aku gak bakal buru-buru soalnya aku belum bisa cari yang lain, aku masih terlalu cinta sama kamu. Aku emang tipikal cewek setia. Oya Yel, aku abis ini mau nonton, kamu ikut ya! Yel, kamu tau gak kalau aku kemarin nangis berapa jam? Aku gak tau juga sih, tapi aku nangis sampe jam 10 malem... jangan marah Yel, aku sedih banget. Mmm... sampe ketemu besok ya Yel, gak usah nulis surat. Ntar aja kalau aku udah curhat. Dah Yel..." cerita Sivia lalu pamit. Sivia mengambil tasnya, memasukkan surat dari Gabriel itu, lalu pergi. Gabriel ngekor, mau nemenin Sivia nonton. Diajak ini! Lalu ia mengakhiri pikirannya itu dan menatap makam Gabriel.

"Yel, tadi aku ngelamunin kejadian pas pertama kali aku jenguk kamu ke sini... oya Yel, tau gak aku tuh sebel banget sama Zahra sama Alvin! Kerjaannya ngegombal mulu! Di kampus aja mereka bela-belain buat ngegombal di taman belakang. Ada yang ngintip aja mampus! Tapi anehnya, pas pertama mereka jadian kan si Alvin nurun nilainya, pas udah gombal-gombalan nilainya naik! 100 mulu! Hebat ya? Walah, dapet deh beasiswa ke luar negeri buat S3... iri deh, haha S1 aja belum tamat ya? Oya Yel, aku izin ya bolos seminggu, ada kemping tiga hari lagi. Tapi jangan gentayangin... takut nih! Gak pa pa sih, aku kan udah biasa. Tapi wujudnya normal ya, jangan yang udah diubah-ubah jadi serem, ntar gak bisa tidur, hahaha..." cerita Sivia, ngomong sendiri kayak orang gila. Penjaga makam menatap dia dengan pandangan bingung, sedang Sivia gak nyadar.

"Udah ya Yel, aku pulang dulu. Besok aku dateng lagi!! Jangan lupa suratnya ya, aku sayang sama kamu" pamit Sivia, lalu tersenyum manis. Ia pun pergi dari situ dan pulang ke rumahnya.

***

Di kampus pagi harinya

Alvin lagi berantem sama Zahra, di lapangan lagi.

"Lo tuh ya Vin, gue gak nyangka ternyata lo tuh playboy! Katanya bakalan setia, ternyata lo tuh backstreet! Jelek lo Vin, kita putus! Gue gak mau ngeliat muka lo lagi!" bentak Zahra. Kata-katanya tadi membuat Alvin bagai kesambet petir, makin lama makin kenceng. Zahra pun pergi, tetapi Alvin menarik tangannya.

"Lepasin gue!" teriak Zahra, meronta-ronta.

"Gue salah apa Zah? Apa kata-kata gue tuh bener, gue bakalan setia sama lo! Gak mungkinlah gue backstreat! Gue gak mau kita putus, dan gue masih pingin liat elo lagi. Salah gue apa sih? Cewek gue tuh cuma satu!" tanya Alvin.

"Dia siapa?" tanya Zahra, menunjuk ke arah seorang cewek.

"Zevanna, sahabat gue. Emang kenapa?" tanya Alvin setelah menjawab.

"Sahabat, kata lo? Hah, gue baru tau! Ngaku aja, dia tuh cewek backstreet elo, dia aja udah ngaku! Gue kecewa sama lo Vin, gue kira lo tuh setia, dan gue kemakan semua omongan lo!" ujar Zahra sinis.

"Enak aja! Mana buktinya? Gue tuh cuma cinta sama lo Zah!" sahut Alvin, meminta bukti. Zahra merogoh tasnya, lalu menunjukkan beberapa lembar foto.

"Nih!" ujarnya, mengacungkan fotonya sebelum memberinya ke Alvin. Foto itu menunjukkan gambar Zevanna yang sedang memeluk Alvin, Alvin pun balas memeluknya. Dan itu saat malam, di depan restoran romantis pula!

"Gue udah dapet bukti, lo berdua keliatan mesra banget! Selamat ya, langgeng! Sono, gombalin aja tuh cewek lo!" teriak Zahra.

"Dari mana lo dapet ni foto? Ini gak bener! Gue gak suka sama dia! Gue cuma suka sama lo Zah, lo harus percaya sama gue!" seru Alvin.

"Gue gak mau tau! Gak pernting gue dapet ni foto dari mana, yang jelas ni foto jadi bukti! Lo tuh kejam sama gue Vin!" sahut Zahra.

"Tapi Zah, lo harus percaya sama gue, gue sama Zeva tuh gak ada apa-apa" ujar Alvin memelas.

"Oh jadi lo gak ngakuin gue? Udahlah Vin, kedok lo tuh udah kebuka, relain aja dia! Gue kan cewek baik, gue masih mau sama lo!" teriak Zevanna, menghampiri Alvin dan memeluk lengannya.

"Tuh, udah ya, langgeng! Sana, gombalin aja tuh cewek lo!" teriak Zahra sambil menarik tangan Oik dan Shilla yang sedang berpegangan ke Sivia, jadi tiga orang sahabatnya itu ditarik ke toilet cewek. Zahra hampir menangis, tapi ia tahan.

"Udah Zah, kalau mau nangis nangis aja, gak pa pa kok" ujar Sivia lembut. Zahra pun menangis.

"Gue gak percaya, gue udah percaya sama dia, gue udah gombal-gombalan sama dia, ternyata dia tuh kayak gini, dasar Zahra bego!" ujarnya sambil terisak.

"Udah Zah, gue jadi ngerasa bersalah. Kan gue yang ngasih foto itu" ucap Oik, kepalanya menunduk.

"Lo gak salah kok Ik, lagian gue yang harusnya berterima kasih sama lo, berkat lo gue tau dia tuh cowok brengsek" ujar Zahra meyakinkan, menghapus air matanya dan tersenyum. Oik hanya tersenyum kecil, ia juga kaget dengan kedok Alvin.

"Udahlah, yuk ke kelas, lupain aja Alvin Zah, dia tuh bukan siapa-siapanya elo" ajak Shilla. Zahra mengangguk dan mengikuti Shilla menuju ke kelasnya. Malangnya, di jalan dia ketemu Alvin lagi.

"Eh Zah, gue minta maaf Zah, tapi itu semua cuma salah paham!" ujar memulai. Zahra mendorongnya lalu berjalan lagi. Alvin mengejarnya. "Zah dengerin penjelasan gue dulu dong!" paksanya.

"Gak! Semuanya udah jelas! Gue gak mau ketemu sama elo lagi dan pergi sekarang juga!" teriak Zahra. Alvin tak menyerah.

"Gue tau lo benci sama gue, tapi ini semua cuma salah paham, dan gue bisa jelasin..." ujarnya.

"Udahlah Vin, si Zahra udah capek. Lo gak usah mainin dia lagi. Dia tuh cewek, dan dia tuh sederajat sama lo. Terus terang gue jijik sama lo Vin, jadi lo mending pergi aja!" teriak Shilla, menunjuk ke sebuah arah.

"Tapi gue bisa jelasin..." sahut Alvin keras kepala.

"Lo tuh budek ya? Kalo lo beneran cinta sama Zahra lo mestinya nurutin dia, dong! Dia tuh gak mau ketemu elo lagi, trus dia minta lo pergi. Kalo lo cinta sama dia lo turutin dia!" teriak Oik, memotong kata-kata Alvin. Alvin terpaku, lalu pergi begitu saja. Zahra menangis lagi, semuanya memandang prihatin. Tetapi, ada satu orang yang tersenyum, satu orang lagi gak tau harus sedih atau seneng. Zevannalah yang tersenyum, lalu ia menghadap ke seseorang, tangannya diulurkan, mengisyaratkan bahwa ia meminta sesuatu.

"Nih" ujar yang satunya, memberikan sebuah amplop cokelat. Zevanna tersenyum senang, lalu menghitung uang yang ada di dalamnya.

"Awas, jangan sampe bocor!" ancam seseorang. Zevanna tersenyum licik.

"Tenang aja, gak bakalan ada yang tau. Seperti kata lo" sahutnya, lalu menghadap orang itu dan melirik licik, senyumnya licik dan gayanya genit.

"Gue kan profesional" sambungnya, lalu membuang muka tetapi raut wajahnya tetap sama.

"Iya ah" sahut yang lain, kembali memerhatikan Zahra yang sedang menangis.

---

NEXT PART

Tidak ada komentar:

Posting Komentar