PREVIOUS PART
---
(Part 13)
Zahra pun keluar dari toilet, meninggalkan Sivia dan Shilla yang membatu di dalam toilet. Di luar, dia kaget. Ternyata Alvin, Rio, dan Gabriel telah menunggunya di depan toilet. Alvin!! Mereka denger gak ya?? batin Zahra khawatir.
"Zah, lo kenapa sih?" tanya Alvin.
"Gak kenapa-napa. Lagian gue udah ngasih tau ke sobat-sobat gue apa yang jadi masalah. Lo gak denger?" jawab Zahra, lalu bertanya kepada Alvin. Jantungnya berdebar keras, menunggu jawaban Alvin.
"Enggak. Gue denger semuanya, tapi pas lo jawab gue gak denger, suara lo pelan banget soalnya" jawab Alvin. Zahra langsung lega, jantungnya kembali berdetak normal.
"Trus? Lo kenapa nangis?" tanya Rio.
"Shock" jawab Zahra singkat.
"Kita denger, tapi seperti katanya Sivia, yang gue tau orang shock tuh gak pernah nangis" sahut Gabriel. Zahra menatap mereka tajam.
"Gue bakal kasih tau nanti, kalau ada waktu yang tepat" ujarnya sinis, lalu pergi begitu saja. Tiga cowok yang ditinggalkannya bingung semua.
***
Jam kosong
"Zahra, jelasin ke gue, pliss" pinta Alvin.
"Gak, gue gak bakal kasih tau lo sekarang. Kan gue udah bilang, kalo ada waktu yang tepat gue bakal bilang ke lo!!" sahut Zahra jengkel.
"Tapi waktu itu kapan??" tanya Alvin.
"Gue juga gak tau, Alvinnnnn!!" jawab Zahra, dengan gemas mencubit pipi Alvin keras sekali.
"Au, au, au... lepasin Zah, sakit banget!!" ucap Alvin kesakitan. Zahra berhenti mencubit pipi Alvin. Ia bersandar ke tiang, sorot matanya melambangkan kesedihan. Alvin prihatin dengannya.
"Nek, lo gak punya ramuan buat bikin orang seneng? Buat aja, biar lo senyum lagi!" ujar Alvin.
"Maksud?" tanya Zahra.
"Kan lo nenek sihir, bikin aja ramuan, kan lo bisa shir" jawab Alvin.
"Bah! Gue nenek sihir lo kakeknya!" sahut Zahra sewot.
"Najong! Ogah gue ama lo!!" komentar Alvin. Zahra menatapnya dalam, matanya melambangkan kesedihan. Lalu ia pergi begitu saja.
"Woi Zah!! Gue salah apa??" tanya Alvin.
"Lo gak salah apa-apa, gue mau nyari udara seger aja, ogah gue di sana ama lo, sumpek. Panas" jawab Zahra berbohong.
"Yee... kurang asem lo! Ikut dong" sahut Alvin. Zahra membiarkannya. Ternyata ia pergi menuju taman indah di belakang kampus.
"Gila! Keren abis ni taman! Ada ya di kampus kita?" tanya Alvin. Zahra hanya tersenyum menanggapinya.
"Banyak anak kampus yang gak tau, padahal tempatnya indah banget kayak gini. Tapi gak pa-pa, ni taman jadi sepi. Enak, gak sumpek. Walaupun masih agak-agak sumpek plus panas" sahut Zahra, melirik sinis ke arah Alvin saat mengucapkan kalimat terakhir.
"Gak usah liat gue kayak gitu deh" ujar Alvin yang merasa tak nyaman. Zahra tertawa.
"Jadi, gimana sidangnya?" tanya Zahra.
"Gak tau, gue butuh pengacara ya?" jawab Alvin.
"Ya iyalah! Pengacara tuh penting buat ngebela elo biar gak ditahan sama polisi, inti sidang tuh kayak gitu" sahut Zahra.
"Lo sebenernya ngambil jurusan apa sih? Medis apa hukum?" tanya Alvin.
"Emangnya kenapa?" tanya Zahra balik.
"Lo pinter dua-duanya" jawab Alvin.
"Ya elah, ilmu tadi juga semua orang tau Vinnn" sahut Zahra gemas.
"Haha, tapi gue gak tau" ujar Alvin.
"Itu menandakan kalau lo itu gak pinter" sahut Zahra.
"Gue pinter tuh, buktinya nilai gue bagus semua" ujar Alvin.
"Haha, dalam hal kimia iya, hukum? Gitu doang gak tau. Menurut gue lo harus cepet-cepet nyari pengacara, soalnya kalau gak punya lo bisa ditahan" sahut Zahra.
"Gimana caranya?" tanya Alvin.
"Ya ke kantornyaa... Alvinnnn!!" jawab Zahra gemes.
"Makasih Zah" sahut Alvin. Mereka pun berbincang-bincang dengan seru. Sementara itu, Sivia dan Shilla juga Rio serta Gabriel mencari-cari Zahra dan Alvin.
"Aelah, tu anak dua mana sih??" tanya Rio jengkel.
"Gak tau, tadi sih di lapangan bola, nah pas gue ke sana udah ilang!" jawab Gabriel.
"Eh lo berdua! Ada tempat yang lo tau tapi kita belum cari gak?" tanya Rio.
"Bentar... kelas udah, toilet udah, lapangan udah, perpus udah, ruang guru udah, taman belakang kampus... belum. Taman belakang Yo!" jawab Shilla.
"Taman belakang kampus?" tanya Gabriel dan Rio bersamaan, bingung.
"Gak tau? Sini gue tunjukkin jalannya!" sahut Sivia, lalu berjalan ke arah taman belakang.
***
Di taman
"Buset dah... keren amat ni taman!" komentar Rio, sedang Gabriel ternganga.
"Tu dia mereka!!" seru Shilla sambil menunjuk ke arah Zahra dan Alvin. Mereka berempat pun menghampiri Zahra dan Alvin.
"Woi Zah, Vin, lo berdua dicariin ke mana-mana ampe pada capek semua tau-taunya lagi pacaran di sini!! Hebat banget sih lo!!" teriak Gabriel memarahi Zahra dan Alvin.
"Pacaran? Ama dia?! Najong!! Ogah gue pacaran sama nenek sihir!!" sahut Alvin. Lalu Zahra menatapnya dalam, sorot matanya melambangkan kesedihan. Zahra pun pergi, diikuti dengan Sivia. Shilla menatap sinis Alvin sebelum menyusul Zahra.
"Si Zahra kenapa sih?! Gue salah mulu dari tadi! Pas di lapangan bola dia ninggalin gue ke sini, sekarang kejadian lagi!!" teriak Alvin marah-marah.
"Gue coba deh ngomong ma dia, siapa tau dia mau cerita" ujar Rio lembut. Alvin hanya mengangguk, wajahnya masih menunjukkan raut marah.
***
Pulang kampus
"Woi Shill, Siv, gue pinjem Zahra ya" pinta Rio.
"Gak!" tolak Shilla.
"Emangnya lo mau ngapain?" tanya Sivia sinis.
"Bicara sama dia" jawab Rio.
"Ya...." Shilla mulai berbicara.
"Udahlah, gue bicara aja sama dia!" potong Zahra stress. Ia lalu membimbing Rio ke taman belakang, di mana tidak ada orang selain mereka berdua.
"Lo mau bicara apa?" tanya Zahra sinis.
"Lo kenapa sih?" tanya Rio balik.
"Kenapa apa?" tanya Zahra bingung.
"Sikap lo kok berubah, mulai dari yang pas polisi itu datengin kita tadi pagi" jawab Rio memberi petunjuk.
"Oh... ya gue gak kenapa-napa. Shock doang. Kan udah gue bilang" sahut Zahra.
"Gak mungkin, pasti ada yang lain. Kenapa lo sinisin si Alvin kayak gitu? Emang dia salah apa?" tanya Rio.
"Dia gak salah apa-apa, gue lagi stress doang" jawab Zahra.
"Zah, gue udah diceritain ma Alvin lo ngomong apa aja ke dia, lo kan baru ketawa-tawa kayak gitu langsung stress? Gak deh, pasti ada sebabnya" sahut Rio.
"Gue gak kenapa-napa, udahlah percaya aja sama gue susah amat!!" teriak Zahra emosi.
"Gak bakal sebelum lo ngasih tau gue ada apa" ujar Rio.
"Tapi gue gak bakal ngasih tau lo apa-apa" sahut Zahra.
"Ya tapi harus" ujar Rio memaksa.
"Gak bakalan deh" sahut Zahra jengkel.
"Pokoknya sebelum gue tau ada apa, gue gak bakalan pergi!" seru Rio.
"Ya udah, gue aja yang pergi!!" sahut Zahra, berjalan menuju kampus. Rio berlari mengejarnya.
"Zah, gue tuh cuman mau bantu si Alvin, daripada dia mati stress? Kan elu yang nanggung!" seru Rio setelah berhasil mengejar Zahra. Zahra diam saja.
"Zah, gue udah bilang sama si Alvin gue bakal bantu sebisanya, dan gue bakal. Plis Zah, kasih tau ada apa, kasian si Alvin, dia gak tau dia salah apa ke lo" sambung Rio.
"Kan gue udah bilang, dia tuh gak punya salah apa-apa ke gue" sahut Zahra lemah.
"Trus kenapa lo kayak gitu?" tanya Rio. Zahra memandangnya.
"Oke, gue bakalan ngasih tau lo, tapi lo janji jangan kasih tau ke Alvin" ujarnya, memberi syarat. Rio menimbang-nimbang sebentar, mencari keputusan yang tepat. Lalu Rio pun segera memandang Zahra, menandakan ia mau memberi tau keputusannya.
***
(Part 14)
"Oke" jawab Rio singkat. Zahra menghampirinya, lalu berbisik di kuping Rio.
"Gue... gue suka sama Alvin..." bisik Zahra ragu-ragu. Mata Rio membelalak.
"Apa?!" teriak Rio.
"Diem lo!!" teriak Zahra.
"Lo... beneran?" tanya Rio.
"Ya iyalah!!" jawab Zahra.
"Trus napa lo jadi aneh??" tanya Rio.
"Besok aja gue ceritain, skarang gue mau pulang" jawab Zahra.
"Oh oke" sahut Rio, lalu mereka berdua pergi ke kampus.
"Eh Shill, Siv, gue ikut lo berdua ya" seru Zahra ketika ia dan Rio menghampiri mereka berdua.
"Oke. Lo pulang naik apa Yo?" tanya Shilla.
"Nebeng Iyel sama Alvin. Duluan ya" jawab Rio, lalu pamit ke mereka bertiga. Shilla mengangkat bahu dan mengajak teman-temannya ke mobil Shilla.
"Jadi, lo ngomong apa sama Rio?" tanya Sivia setelah ia, Shilla dan Zahra telah menaiki mobilnya.
"Biasalah, dia nanyain gue kenapa" jawab Zahra.
"Trus lo jawab?" tanya Shilla.
"Iya" jawab Zahra singkat.
"Lah, kok?" tanya Sivia.
"Abis dia maksa" jawab Zahra. Shilla mengangkat alis.
"Haha" ujarnya. Lalu Sivia berhenti di rumah Shilla.
"Udah nyampe Shill" ujarnya.
"Makasih Siv... mau masuk?" tanya Shilla.
"Boleh" jawab Sivia singkat.
"Gue ikut ya..." sahut Zahra.
"Iya. Masuk yuk!" ajak Shilla.
"Oke" sahut Zahra dan Sivia bersamaan, lalu turun dari mobil dan mengikuti Shilla masuk ke rumahnya.
***
Rumah Shilla
"Halo kak! Bawa temen?" tanya Keke.
"Iya, bentar ya kakak siapin minum dulu" jawab Shilla, lalu pergi menuju dapur.
"Halo Keke, aku kangen deh sama kamu!" ujar Sivia.
"Keke juga kangen sama kakak!" sahut Keke.
"Ehm... jadi gue dilupain nih?" tanya Zahra.
"Gak kok, Keke juga kangen sama kakak!" jawab Keke, memeluk Zahra.
"Hahaha... jadi kita mending ngapain nih sekarang?" tanya Zahra.
"Main, apa lagi?" tanya Sivia balik.
"Ngobrol" jawab Zahra.
"Gue lebih milih main" sahut Shilla dari belakang mereka.
"Nih, minum gih! Dijamin enak" sambungnya, memberi segelas nutri sari ke masing-masing orang.
"Iya, enak! Siapa yang bikin?" tanya Keke.
"Setan. Ya kakak lah!!" jawab Shilla, mencubit pipi Keke.
"Oh... berarti lo setan dong Shill!" goda Sivia.
"Iya, bentar ya gue mau gangguin orang dulu!" sahut Shilla. Yang lainnya tertawa.
"Eh, kita ngapain nih sekarang?" tanya Zahra lagi.
"Dibilangin kita main...." jawab Sivia gemas.
"Kan gue nanya tuan rumahnya!" sahut Zahra.
"Oh... jadi aku bukan tuan rumah nih ceritanya?" tanya Keke.
"Haha, iya.. tapi kan yang satu ekor lagi belom" jawab Zahra.
"Udah udah, kita sekarang main aja! Pada mau main apa?" tanya Shilla.
"Monopoli yuk!" ajak Sivia, menunjuk ke arah monopoli.
"Yuk..." sahut Shilla, Keke, dan Zahra bersamaan.
***
Sementara itu di kos tempat Rio, Alvin, dan Gabriel tinggal
"Jadi gimana Yo? Si Zahra ngasih tau?" tanya Alvin.
"Sori Vin, dia keras kepala banget!" jawab Rio berbohong.
"Yah... jadi gimana dong?" tanya Alvin.
"Ya lo biasa aja kali ke dia! Debat lagi, ngobrol lagi, ngapain kek!" jawab Rio.
"Mending jangan debat lagi deh, pala gue pusing!" sahut Gabriel.
"Iya deh..." ujar Alvin.
"Lo ajak dia jalan aja, biar dia mau ngasih tau lo dia kenapa" saran Rio.
"Ngajak jalan? Alah, paling-paling dia gak mau!" tolak Alvin.
"Ya kita kerja sama aja ama Shilla, bilang temenin kita jalan, trus si Rio ngajak Sivia" sahut Gabriel meyakinkan.
"Oke deh" ujar Alvin setuju. Rio pun senyam-senyum sendiri.
"Lo kenapa Yo?" tanya Alvin.
"Gak kenapa-napa" jawab Rio.
"Wah, jangan-jangan si Rio ketuleran Zahra lagi!" seru Gabriel.
"Ngaco lu!" sahut Rio sambil menjitak kepala Gabriel.
"Hahaha..." Alvin ketawa. Lalu mereka berbincang-bincang lagi dengan topik yang lain, lebih ribut dari sebelumnya.
***
Esok hari di kampus
"Shill, jalan yuk pulang kampus" ajak Gabriel.
"Ke?" tanya Shilla.
"Ke mall, taman, serah lo" jawab Gabriel.
"Mall yuk, sekalian mau cari barang" sahut Shilla. Gabriel tersenyum.
"Ke mall mana?" tanya Gabriel.
"Em.. ke mana, ya? PIM aja deh" jawab Shilla.
"Oke... ntar pas pulang ya" sahut Gabriel. Shilla tersenyum.
"Eh, ikut dong! Asyik banget lo berdua! Jalan-jalan sendiri gitu" seru Rio.
"Yah Yo, ntar kalo lo ikut ganggu!" keluh Gabriel.
"Gue ikut deh, nemenin Rio" sahut Alvin.
"Gak seru kalo kita berdua yang ikut. Siv, Zah, ikut ya... ramein aja, gak enak ganggu orang pacaran!" ajak Rio.
"Ya kalo gak enak kita, lo dan lo gak usah ngikut!" tolak Sivia.
"Tapi masalahnya bahaya ni berdua kalau gak diawasin..." sahut Alvin.
"Ya udah, gue ngikut. Lo Siv?" ujar Zahra pasrah, lalu bertanya.
"Ikut deh, gak enak ditinggalin sendiri! Ntar kalo lo semua ketemu artis gue gak ngikut lagi!" jawab Sivia.
"Oke, pulang kampus ya!" sahut Rio. Mereka pun pergi ke kelas masing-masing.
***
Jam kosong
Rio menghampiri kelas Zahra, Shilla dan Sivia.
"Woi Zah, katanya lo mau jelasin?" tanya Rio.
"Iya iya... yuk ke taman belakang!" jawab Zahra. Shilla dan Sivia berpandang-pandangan, bingung. Sementara Rio mengikuti Zahra ke taman belakang. Di jalan, ia berpapasan dengan Alvin dan Gabriel. Zahra membuang muka, sedang Rio menyapa mereka.
"Woi!" sapa Rio.
"Apa?" tanya Alvin sinis. Rio mengerutkan kening.
"Kok lu jadi sinis Vin?" tanya Rio.
"Gak, udah ya, gue mau ke kantin" jawab Alvin. Gabriel mengikutinya. Rio mengangkat bahu dan melanjutkan perjalanan ke taman belakang.
***
Taman belakang
"Jadi? Lo kenapa jadi aneh gitu?" tanya Rio.
"Sakit hati aja" jawab Zahra kalem.
"Kenapa?" tanya Rio lagi.
"Pas di lapangan bola, gue kan bercanda ama dia, trus dia bilang, 'Ogah gue ama lo!' gue langsung pergi aja ke sini. Nah, pas lo nemuin gue ma Alvin, kan dia bilang, 'Pacaran? Ama dia?! Najong!! Ogah gue pacaran sama nenek sihir!!' ya gue sakit, tega-teganya dia ngomong gitu" jawab Zahra panjang lebar.
"Ya... kan dia gak tau kalo lo suka sama dia... kalau dia tau gue yakin, dia gak bakalan ngomong gitu" sahut Rio.
"Iya, tapi kan gue tetep aja sakit!" ujar Zahra.
"Serah. Ke kantin yuk" ajak Rio.
"Gak ah, kan ada Alvin. Gue sendiri lagi yang salting" tolak Zahra.
"Terserah dah!" ucap Rio, berjalan menuju kampus. Zahra hanya memandanginya, setelah Rio jauh barulah dia berbalik dan berjalan-jalan sekeliling taman yang indah tersebut, memetik bunga, dan duduk di kursi taman. Tanpa disadari Zahra, ada orang yang memerhatikannya sejak Rio pergi, orang yang bingung harus merasa senang atau sedih, karena ia cemburu dengan Rio.
***
Sementara Rio-Zahra di taman, keadaan di kantin
"Aelah!" teriak Alvin stress.
"Lo kenapa Vin?" tanya Gabriel.
"Gak kenapa-napa, heran aja sama Rio" jawab Alvin.
"Mang si Rio kenapa?" tanya Gabriel.
"Itu, si Zahra. Kemarin dia akrab banget sama Sivia, kok sekarang sama Zahra?? Emang dia tuh playboy???" jawab Alvin lagi.
"Bah! Bilang aja lo itu tuh cemburu Vin!" sahut Gabriel. Alvin menatapnya tajam. Gabriel membuang muka, merasa tak nyaman dengan tatapan Alvin.
"Yel, emang dia playboy ya? Gue penasaran, nih!! Kan lo temen lamanya dia, dari SMP. Gue kan baru sahabatan ma lo berdua dari kuliah" tanya Alvin.
"Sumpah Vin, dia tuh cowok paling setia yang pernah gue temuin. Buktinya, dia tuh suka sama Shilla dari dulu, dari kelas 9. Sampe sekarang dia masih suka sama dia!" jawab Gabriel. Alvin cemberut.
"Shilla. Abis dia Sivia, sekarang Zahra. Arrgghh!!" gumam Alvin.
"Lo cemburu ya? Vin, lo suka sama Zahra?!" tanya Gabriel kaget.
"Aargghh!!! Udahlah gue cabut!!" teriak Alvin. lalu berjalan menuju taman belakang.
---
NEXT PART
Tidak ada komentar:
Posting Komentar