LAST PART
Gadis yang memakai baju hitam itu berjalan perlahan, menyusuri makam demi makam sampai ia menemukan satu batu nisan yang sedari tadi ia cari : sebuah batu yang bertuliskan nama Alvin Jonathan Sindhunata. Ia tersenyum, lalu menghampiri batu tersebut dan duduk di dekat makam orang yang pernah dicintainya itu. Ia tersenyum.
“Halo Vin... lama gak ketemu ya? Maaf ya baru jenguk, abisan gue diopname 3 minggu gara-gara ketabrak. Eits, jangan kaget... gue ketabrak abis menemukan lo. Gue ketabrak di depan rumah gara-gara ngeyel sama si Cakka, dibilangin jangan keluar guenya malah lari keluar, pengen ketemu lo. Alhasil ketabrak deh.” ucap gadis itu, bersikap seolah yang beristirahat di bawah sana bisa mendengarnya seperti biasa. Gadis itu—Agni—tersenyum.
“Sebenernya sih gue masih ada jadwal kuliah, gue mampir ke sini cuma buat ngasih ini”—diacungkannya sebuah amplop putih tanpa noda kecuali beberapa kalimat—“ini surat balesan gue. Lo mau kan denger balesan gue? Gak papa kan kalau gue bacain?” tanyanya. Hening beberapa saat. Agni pun mulai membuka amplop bertuliskan alamat Alvin itu, membukanya, lalu membaca kata per kata dengan keras.
Alvin,
Sebenernya bisa dibilang kalau gue seneng lo cemburu. Kenapa? Karena mungkin itu tujuan gue tunangan ama Cakka. Iya, gue kejam banget. Tapi semua itu agak-agak impas juga sama perbuatannya yang ngelamar gue cuma gara-gara amanatnya Shilla. Tapi gue jadi merasa bersalah banget karena ternyata dia sayang sama gue. Tragis ya?
Sakit kanker? Udah gue duga ada yang lo sembunyiin dari gue. Tapi gue gak nyangka sesuatu itu ternyata hal yang sinetron banget, sakit. Kanker lagi. Pasaran banget. Sakit kelainan genetik gitu kek, kan keren. Oke gue minta ditampar.
Kalau soal lo yang ragu apakah Cakka cowok yang pas sama gue, dia emang pas kok. Lo berdua pas. Tapi lo berdua beda. Itu aja.
Dan berhubung lo nanya di lagi Like We Used To-A Rocket To The Moon, gue bakal jawab. Biar lo percaya kalau Cakka itu cowok yang pas buat gue.
Does he watch your favorite movies?
Apa dia nonton semua film-film favorit lo, kayak gue?
Gak semuanya. Bisa dibilang kami punya beberapa persamaan dan perbedaan. Dia nonton film-film favorit gue yang kebetulan dia suka, tapi kalau dia enggak suka dia gak nonton. Dan gue juga gak maksa, gue tau dia gak suka.
______________________________________
Does he hold you when you cry?
Apa waktu lo nangis, dia meluk lo, nenangin lo, dan selalu bisa menghentikan aliran ait mata yang menitik dari kedua bola mata indah itu?
Lo tau? Gue jadi agak GR pas lo bilang kedua bola mata indah itu. Makasih pujiannya.
Pas gue nangis, dia gak pernah meluk gue atau nenangin gue. Dia bakal ngelus puncak kepala gue, terus ninggalin gue sendiri sampe gue tenang. Walaupun aneh, tapi gue ngerasa lega. Lega karena gue bisa nangis sendirian. Walaupun kadang-kadang gue juga butuh pelukan dan kata-kata penyemangat, tapi digituin juga bikin lega...
_______________________________________
Does he let you tell him all your favorite parts?
When you've seen it a million times
Apa dia selalu membiarkan kau mengatakan adegan-adegan favoritmu, seperti yang selalu kulakukan, selama kamu menyaksikannya jutaan kali, mengartikan aku juga mendengarkannya jutaan kali?
SELALU. Ia malah menimpalinya. Kadang-kadang kita ngobrol dan bercanda ria, kadang-kadang kita berargumen sampai berantem, kadang-kadang kita malah terlalu seru membicarakannya sampai-sampai batal jalan berdua dan memilih untuk nonton film di rumah sambil makan pizza. Good times.
________________________________________
Does he sing to all your music
Apa dia menyanyikan semua lagumu
Tidak semua lagu. Ia hanya menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan perasaannya atau saat gue memaksanya untuk menyanyikan lagu yang gue suka. Hehe.
_______________________________________
Does he do all these things
Like I used to?
Apakah ia melakukan semua ini seperti yang biasa aku lakukan dulu?
Tidak. Dia beda banget sama lo, karena itulah gue sayang sama dia. Karena ia... unik. Seperti lo.
_______________________________________
I know, love
(Well, I'm a sucker for that feeling)
Gue tau, Cinta… (ya, gue emang payah dalam hal itu)
Gue tau. Karena gue juga payah.
_______________________________________
Happens all the time, love
(I always end up feeling cheated)
Terjadi setiap saat, Ag… (gue selalu ngerasa gue dicurangin? Enggak tuh. Gue selalu merasa bersalah, bersalah karena gak bisa jujur, bersalah karena gak percaya sama lo. Maaf banget)
Gue maafin kok.
_______________________________________
You're on my mind, love
(Oh sorta let her when I need it)
That happens all the time, love, yeah
Lo ada di pikiran gue, itu terjadi setiap saat Ag…
Itu juga terjadi sama gue.
_______________________________________
Will he love you like I loved you?
Apa dia bakalan mencintai lo seperti gue cinta lo kayak dulu?
Will he tell you everyday?
Apa ia akan menyatakannya setiap hari?
Will he make you feel like you're invincible
With every word he'll say?
Apa ia akan membuat lo merasa seakan-akan lo menghilang dengan setiap kata yang ia akan katakan?
Seperti yang udah gue bilang, kalian itu beda. Gue tau dia bakalan cinta sama gue, tapi kalau soal perbandingan gue gak tau. Karena jujur, gue gak tau seberapa dalam perasaan lo berdua. Dia orangnya juga tertutup. Karena itulah dia menyatakannya, tapi bukan dalam kata-kata. Dia selalu menyatakannya dengan bunga, cokelat, pelukan, genggaman, matanya... dan itu indah. Seindah lo yang dulu selalu mengatakan itu ke gue.
Dan untuk pertanyaan terakhir, jujur gue gak tau.
_______________________________________
Can you promise me if this was right?
Bisa gak lo janji ke gue kalau ini semua bener?
Don't throw it all away
Jangan buang itu semua
Gue bisa janji. Gue tau dia pria yang pas kok. Tapi... gue rasa hati gue gak siap dan gak memihak.
_______________________________________
Can you do all these things?
Bisa gak lo ngelakuin ini semua?
Will you do all these things
Akan ada gak sih di masa depan sosok lo yang ngelakuin ini semua?
Like we used to?
Kayak kita dulu?
Oh, like we used to
Ya. Kayak kita dulu.
Sejujurnya, gue gak tau.
_______________________________________
Gue sekarang udah lebih tenang kok. Dan gue bisa ngadepin kenyataan kalau lo udah pergi ke tempat yang lebih baik. Semoga lo bahagia di sana Vin.
Oya, gue juga kayaknya udah nemuin pengganti lo... gak papa kan? Maaf kalau enggak.
Gue baru sadar, lama-lama gue jadi sayang juga sama Cakka. Emang sih, kita baru sahabatan, cuma... gak salah kan berharap?
Terima kasih buat semuanya Vin. Buat kasih sayang lo dulu, buat bantuan lo dulu, buat semuanya. Maaf kalau gue gak bisa ngebales itu semuanya...
Sincerely,
Agni.
***
“Agni!” panggil seorang pria dari balik pohon tak jauh dari sana. Spontan Agni menengok, lalu tersenyum.
“Kenapa?” tanyanya.
“Udah belom?” tanya pria tersebut sembari berjalan mendekat. Agni tersenyum, memandang nisan, lalu mengangguk. Ia segera memasukkan kertas ke amplop, lalu menaruhnya di vas batu depan nisan. Ia lalu berdiri dan menggandeng tangan pria yang terulur padanya.
“Yuk Cak” ajak Agni. Cakka tersenyum. Mereka pun pergi.
+++
YEAAHHH HUTANG STA SAYA SELESAAII!! *joget-joget*pendek ya? maaf yaa... abisan saya gak tau mesti ditambahin apa lagi... he-eh.
makasih yaa buat kalian yang udah ngikutin STA dari awal sampe akhir... makasih banget, hehehe... apalagi yang udah mau berbaik hati untuk meluangkan waktu dan komen di cerita ini. juga di like. makasih banget...maaf yaa yang gak ketag, tag terbatas soalnya... peace...
any critics?
-penulis-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar