Aku tau, aku jahat.
Saat aku berdiri di depanmu dengan sebelah tanganku terangkat, meminta 'bagian' dari hasil taruhanmu.
Benarkah?
Aku hanya meminta 'bagianku', karena kau telah membuat taruhan bersama teman-temanmu tentang kita. Tentang hubungan ini.
Kau pikir aku tidak tau?
Aku tidak bodoh, tau. Aku tidak tuli. Aku dapat mendengar percakapan kalian ketika kalian membuat taruhan itu. 100.000 rupiah bila kamu bisa jadian denganku selama sebulan. Ingin rasanya kubuka pintu kayu itu dan kutampar kalian satu-satu. Tetapi kutahan, karena aku punya rencana lebih baik. Rencana yang sekarang terbukti membuat dirimu gondok setengah mati.
Aku berpura-pura jatuh ke dalam perangkapmu. Aku berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Aku berpura-pura ingin menjadi pacarmu. Aku memang pintar berpura-pura, kau tahu?
Dan sekarang, setelah kau menerima uang hasil taruhanmu, disinilah kita berada. Di ruangan bercat hijau toska ini, tempat kita berdua berhadapan. Aku meminta 'bagianku'. Yah, aku juga harus mendapat bagian, karena akulah yang membantumu mendapatkan uang 100.000 rupiah itu. Jadi, cepat serahkan uang biru bernominal 50.000 itu kepadaku dan kita selesai sampai di sini. Anggap saja ini tidak pernah terjadi...
Aku jahat? Licik?
Menurutku tidak begitu. Aku hanya meminta bagianku, dan menurutku itu adil karena akulah objek taruhannya. Akulah yang membantumu mendapatkan uang itu. Berapa kali harus kujelaskan?
Asal kau tau, aku tidak selicik dirimu dan teman-temanmu yang begitu mudahnya menjadikan seseorang sebagai objek taruhan. Aku ini perempuan, makhluk hidup. Kita sederajat. Perlakukanlah aku seperti perempuan, bukan benda yang bisa dijadikan objek taruhan seperti itu. Kau kejam. Dan bukan hanya dirimu seorang, teman-temanmu juga.
Asal kau tau, setelah aku mendengar rencana taruhan kalian aku menangis. Dan setiap malam dalam bulan Juli, bulan saat kita jadian, aku menangis. Menangis karena aku tau itu semua bohong. Fana. Kamu jahat. Licik.
Aku adalah gadis pengkhayal, dan aku selalu mengkhayal. Aku berkhayal saat kita akan jadian suatu saat nanti ketika aku masih berstatus fans dan kau adalah idolaku. Aku berkhayal hubungan kita pasti indah seperti yang terukir dalam kata-kata di dalam novel roman atau adegan film romantis. Aku berkhayal hubungan kita akan bertahan lama, lebih dari sebulan.
Seperti kata orang-orang, bermimpi terlalu tinggi membuatmu jatuh ketika dihadapkan dengan kenyataan.
Aku gembira sekali ketika bertemu denganmu, bahkan berbicara denganmu. Kau tau seberapa bahagianya aku waktu itu? Aku bahagia sekali. Apalagi ketika kau mendekatiku dan kita mulai berteman. Kau tau apa perasaanku? Bahagia. Bahagia karena aku memang mengidolakanmu dari dulu.
Bisa kau bayangkan betapa hancurnya perasaanku ketika mendengar percakapan kecilmu dengan teman-temanmu waktu itu? Sakit. Sangat. Aku ingat dengan jelas ketika pandanganku mulai kabur karena mataku berkaca-kaca. Aku ingat ketika aku berlari ke toilet wanita dan menangis sesegukkan. Aku ingat ketika tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya aku. Sendiri.
Aku juga ingat ketika aku terbaring di tempat tidurku, tersenyum pahit mengingat akting busukmu siang hari ketika kau merangkulku dan bersikap sok romantis di depanku serta teman-temanku. Aku nyaris percaya akan hal itu kalau saja aku tidak tau yang sebenarnya. Kau membuatku menangis lagi. Seperti halnya diriku, kau juga pintar berpura-pura.
Seingatku, kau juga mengucapkan janji-janji palsu yang menimbulkan percikan-percikan harapan yang terpaksa kukubur kembali. Kau berkata bahwa kau akan mencintaiku selamanya. Selalu. Apa kau tau bahwa aku hanya tersenyum kecil mendengarnya? Itu karena aku tau kau berbohong. Kau memerhatikan? Ah ya, untuk apa kau memerhatikanku? Kau kan tidak peduli akan diriku dan tidak akan pernah peduli. Untuk apa? Aku hanya salah satu objek taruhanmu, kan?
Dan kau tau apa kesalahan terbesarmu, yang membuatku membencimu? Apa yang paling kubenci dari dirimu? Kau membuatku menyayangimu.
Apa?
Ya. Aku menyayangimu. Itu sebabnya aku menangis setiap malam. Aku menyayangimu. Sangat.
Jadi, biarkan aku bertanya satu hal:
Yang jahat dan licik itu sebenarnya aku, atau kamu?
-Fin-