Reni Pratiana atau yang biasa dipanggil Reni adalah anak berumur 13 tahun. Ia memiliki rambut hitam panjang ikal yang selalu dikepang dua rapi. Ia memakai kacamata berbingkai hitam yang besar dan selalu memakai seragam sekolahnya dengan sangat rapi. Walaupun ia terlihat seperti anak kutu buku yang keluat dari sebuah film luar negeri, ia memiliki gigi yang putih dan rapi sehingga senyumnya terlihat sangat menawan. Iris matanya yang berwarna cokelat susu selalu menatap hangat seiring ia tersenyum. Dirinya yang selalu tersenyum ramah kepada siapa saja itulah yang membuat dirinya sangat dekat dengan keempat sahabatnya yang mendampinginya sejak hari pertama mereka memasuki SMP Ibunda.
Reni mempunyai suatu kebiasaan unik yang sangat ganjil untuk anak seumuran dirinya. Ia sangat suka memelihara serangga. Ya, dari mulai capung, kupu-kupu, jangkrik, belalang, lebah, bahkan kecoa sekali pun. Yah, ia tidak memelihara semuanya dalam toples atau kandang kecil seperti yang ia lakukan dengan semut, jangkrik, dan kupu-kupu yang ada di kamarnya, tetapi ia sangat menyukai spesies binatang yang satu itu. Saat anak-anak perempuan lain berteriak dan gemetar ketakutan melihat kecoa atau ulat misalnya, ia akan mendekat dan mengaguminya. Akan tetapi, karena sifatnya yang pendiam, teman-temannya hanya menganggap bahwa ia berani dengan binatang apa saja, tidak pernah berpikir bahwa Reni menyukai binatang-binatang yang menurut mereka menjijikkan itu. Apalagi Reni merasa bahwa hal itu adalah hal yang tidak perlu dibicarakan.
Hari Senin pagi yang cerah itu Reni berangkat ke sekolah seperti biasa. Ia melewati jam demi jam pelajaran seperti biasa, hingga tiba saatnya istirahat pertama, saat ia mengobrol dengan keempat sahabatnya sembari memakan bekal.
"Lo tau gak, masa kemaren gue mimpi dikejar kecoak raksasa. Jijik abis gak sih?" ucap Amanda, sahabat Reni yang memiliki mata biru dan rambut cokelat keriting. Reni mengerjapkan mata, agak tidak percaya. Yah, jika ia mendapatkan mimpi seperti itu, mungkin ia sudah memeluk sang kecoa dan bermain-main dengannya. Itu akan menjadi mimpi yang indah baginya.
"Demi? Sabar aja. Emang tau, kecoak tuh menjijikkan banget. Hiii..." tanggap Prita sembari gemetar jijik. Reni terdiam dan meneguk minumannya, tidak berani mengutarakan pendapat.
"Yah, sejijik-jijiknya gue sama kecoak, masih lebih jijik ulet! Apalagi kupu-kupu ama capung. Geli banget gue..." timpal Mita.
"Iihh!! Kupu-kupu tuh bagus lagi, indah. Gue sih lebih takut sama... SEMUUTT!! ADA SEMUT DI BAJU GUEE!! AAAA singkirin singkirin!!" teriak Tira histeris. Reni dengan sigap langsung mendekat dan dengan hati-hati mengambil semut di lengan baju Tira dan menaruhnya dengan hati-hati di lantai sebelah ia duduk. Amanda memerhatikannya.
"Reni enak ya... gak takut sama semua serangga" komentarnya.
"Hah?" ucap Reni spontan.
"Iya ya! Ah gak seru lu Ren, gak kompak!" seru Tria. Reni mengulum senyum.
"Huss. Bagus lagi, gak takut. Daripada elo Tri, semut aja takut!" ejek Mita.
"Iyaaa. Tau deh yang gak takut. Cukstaw" tanggap Tria kesal.
"Canda Triii, jangan nangis..." ujar Mita yang langsung disambut dengan jitakan manis dari Tria. Mita pun mengaduh sakit.
"Omong-omong, lo jangan nakut-nakutin gue ya Ren, mentang-mentang lo berani sama serangga. Sampe elo ngasih gue kecoak hidup gue kutuk lo biar hidup lo gak makmur entar" ancam Prita. Reni hanya tertawa hambar. Yah, seperti ia berani melakukan itu. Bisa-bisa kecoanya digeplak dengan sapu lagi oleh Pak Guru dan mati. Serangga dibunuh di depannya adalah hal yang paling menusuk hatinya di seluruh dunia.
"Yah, seberani apa pun Reni, dia gak bakalan gitu juga kali Ta... kayak lo gak tau dia aja" ucap Amanda.
"Bisa aja kali. Yang penting sih dia gak tergila-gila sama serangga sampe melihara ulet di kamarnya, ya gak?" ucap Prita yang disambut dengan tawa. Reni ikut tertawa hambar, hatinya agak sakit. Apakah menyukai serangga itu begitu aneh...?
KRIIINNGGG!!!
"Eh udah bel. Masuk yuk!" ajak Mita. Keempat temannya mengangguk lalu berdiri dan berjalan beriringan ke kelas sambil tertawa-tawa mendengar lelucon dari Prita.
***
Sesampainya di rumah, Reni bergegas ke kamarnya. Ia memandangi ulat-ulat yang sedang melata di daun. Tidak bisa disangkal, ia memang menyukai serangga. Ia tidak mengerti mengapa banyak orang tidak paham dengan keindahan-keindahan yang terdapat dalam serangga. Tapi ia mengerti, orang memang berbeda-beda. Seperti banyak orang yang tidak mengerti mengapa ia takut lumpia.
"Apa memelihara kalian itu aneh?" tanya Reni pelan. Pertanyaan yang ia tau tidak akan dijawab oleh ulat-ulat tersebut.
***
"Hai Ren!" sapa Amanda seminggu kemudian.
"Hai.." tanggap Reni sambil tersenyum.
"Lo mesti tau..." dan mengucurlah cerita dari mulut Amanda yang hanya setengah didengar oleh Reni. Pikirannya melayang kepada perkataan Prita kemarin. Yah, memangnya menyukai serangga seaneh itu?
"Ren, lo dengerin gue gak sih?" tanya Amanda. Reni tersentak kaget, tersadar dari lamunannya.
"Eeh... i, iya kok!" jawab Reni tergagap. Amanda menatapnya.
"Apaan?" tanyanya.
"Eeh, itu..." Reni bingung menjawab apa. Amanda menghela nafas.
"Lo kenapa sih, Ren? Kayak menjauh gitu, aneh gitu. Gue salah ya?" tanya Amanda lagi. Reni menggeleng kuat-kuat.
"Enggak kok, lo gak salah..." jawab Reni pelan.
"Terus? Kenapa Ren? Lo gak nyaman sama kita-kita? Apa lo sebel sama salah satu dari kita?" tanya Amanda. Reni menggeleng lagi.
"Ya terus--"
"Gue ke kelas duluan ya Da, daahh" pamit Reni cepat-cepat, memotong perkataan Amanda. Amanda hanya bisa menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang satu itu. Memang, sejak seminggu lalu kelakuan Reni jadi semakin aneh. Ia seakan menjauh dari keempat sahabatnya. Ia yang biasanya selalu mendengarkan mereka walaupun diam, sekarang kerjanya hanyalah melamun dan tidak mendengarkan sama sekali. Kelakuannya itu sangat aneh, apalagi karena mereka berlima sudah berjanji akan mengatakan apa saja yang membuat mereka tidak enak langsung kepada orangnya agar masalah tetap selesai...
Yah, yang mereka berempat tidak tahu, Reni sedang bingung. Ia bingung harus jujur (yang akan dicap aneh) atau mulai membenci atau setidaknya biasa saja kepada serangga (yang dianggap mustahil). Karena kebingungan itulah, ia jadi sering melamun dan kurang mendengar.
***
"Eh eh, besok ultahnya si Reni kan?" tanya Mita memastikan.
"Eh iyaa!! Udah pada beli kado?" tanya Tria.
"Gue sih udah, beli tempat pensil gitu" sambar Prita.
"Omong-omong pada mau ngasih kejutan gitu gak?" tanya Amanda.
"Iyaaa!!" koor ketiga temannya kompak.
"Mau ngapain?" tanya Tria.
"Ceplokin teloorr! Terus sirem tepung, aer, soda, segala macem! Mumpung besok hari Jum'at, seragamnya kan lagi putih..." usul Prita yang notabene orang paling kocak dan iseng diantara mereka berlima.
"Iya sih... Tapi dimana? Jangan di sekolah, ntar masuk BK mampus" ucap Mita.
"Terus dimana dong?" tanya Prita.
"Di rumahnya aja! Kita minta izin sama nyokapnya, jadi ada yang nahan dia, ajak ke sevel kek atau apa kek gitu. Terus ada yang udah nunggu di rumahnya, nyiapin telor segala macem, terus pas dia nyampe di rumahnya langsung serang!!" usul Amanda.
"Iyaa!! Keren tuh!" ucap Tria setuju.
"Jadi setuju nih?" tanya Prita.
"Okee!!" koor ketiga temannya. Mereka pun bergegas siap-siap untuk kejutan Reni besok.
***
Keesokkan harinya (pulang sekolah)
"Reenn!! Ke sevel yuk!" ajak Mita.
"Eunngg, boleh boleh. Bentar gue izin nyokap" sahut Reni lalu meminta izin dengan ibunya.
"Boleh katanya!" ucap Reni.
"Yeaayy!!" seru Mita bahagia. "Tri, Da, Ta, ikut yuk?"
"Ayoo!!" ucap Tria antusias.
"Yah Mit, gue mesti pulang cepet, udah dijemput" ucap Amanda.
"Gue juga mesti les..." ucap Prita dengan nada memelas.
"Yaaahh... gapapa deh. Daahh..." ucap Mita.
"Daahh..." sahut Amanda dan Prita berbarengan. Mereka pun pergi.
***
"Maaa aku pulang" ucap Reni.
"HAPPY BIRTHDAAYYY!!!" teriak Amanda, Mita, Prita, dan Tria sembari melemparkan amunisi-amunisi berupa telur, tepung, kopi, jus, slurpee, soda, dan lain-lain. Reni mengerjap kaget.
"Kaliaaann!!" teriak Reni. Keempat temannya memamerkan gigi mereka.
"Happy birthday Renii!! Wish you all the best yaa!!" teriak Amanda. Reni tersenyum dan tertawa.
"Makasiihh!! Eh gue ganti baju dulu ya, kalian makan atau minum aja dulu" ucapnya.
"Eunngg, kita ke kamar lo aja deh" usul Mita.
"JANGAANN!!" sambar Reni cepat. Keempat pasang mata menatapnya.
"Eh, itu... ka, kamar gue berantakan..." Reni mencoba ngeles.
"Tau gak Ren, itu tuh alesan paling konyol yang pernah ada" komentar Tria.
Hening.
"Tahan Reni!!" jerit Prita yang tiba-tiba lari menuju kamar Reni.
"JANGAAANN!!" teriak Reni yang langsung lari mengejar Prita. Ketiga temannya langsung ikut-ikutan lari. Malangnya, diantara mereka berlima, Reni adalah pelari tercepat. Jadi, dengan cepat ia mendahului Prita. Akan tetapi, tepat sebelum ia mencapai pintu kamar tercinta...
Ia terpeleset.
"Sori Ren!!" ucap Prita yang segera menyambar pintu. Pintu pun terbuka. Mata Prita membelalak.
"Ren..." ucapnya. Muka Reni memerah. "...maaf"
"Kenapa sih?" tanya Amanda. Ia masuk dan ternganga.
"Kenapa sih?" kali ini Mita dan Tria-lah yang masuk. Mereka terdiam.
Hening.
Tak terasa, Reni merasakan bulir-bulir air matanya jatuh.
"Reniii gue minta maaf!! Gue gak maksud ngatain lo aneh, gue waktu itu cuma bercanda..." ucap Prita, matanya berkaca-kaca.
"Ren kita juga minta maaf Ren, kita gak sengaja..." ucap Amanda.
"Enggak pa-pa..." ucap Reni sambil terisak. "Gue emang aneh..."
"Enggak, lo gak aneh Ren. Sama sekali enggak. Suka sama sesuatu itu biasa kali.. Dan elo emang suka sama serangga. Gue aja suka sama hal-hal yang berbau monster" ucap Tria.
"Bener...?" tanya Reni sembari menatap keempat temannya. "Kalian gak bakalan benci gue?"
"Ya ampun Renii, kita tuh sahabat elo. Masa gitu doang benci? Namanya bukan sahabat dong?" tanya Mita.
"Reni, kita tuh sayaangg banget sama elo. Kita justru takut elo benci sama kita. Kita minta maaf, kita gak maksud gituin elo..." ucap Amanda sembari memeluk Reni erat. "Elo maafin kita kan?"
Reni mengangguk. "Gue sayang lo semua!!" teriak Reni sembari memeluk keempat sahabatnya.
Hari itu hari ulang tahun terindah bagi Reni.... sejauh ini.
Minggu, 05 Februari 2012
Ulang Tahun Terindah (manfest 2012)
Rabu, 21 September 2011
Aku, Atau Kamu?
Aku tau, aku jahat.
Saat aku berdiri di depanmu dengan sebelah tanganku terangkat, meminta 'bagian' dari hasil taruhanmu.
Benarkah?
Aku hanya meminta 'bagianku', karena kau telah membuat taruhan bersama teman-temanmu tentang kita. Tentang hubungan ini.
Kau pikir aku tidak tau?
Aku tidak bodoh, tau. Aku tidak tuli. Aku dapat mendengar percakapan kalian ketika kalian membuat taruhan itu. 100.000 rupiah bila kamu bisa jadian denganku selama sebulan. Ingin rasanya kubuka pintu kayu itu dan kutampar kalian satu-satu. Tetapi kutahan, karena aku punya rencana lebih baik. Rencana yang sekarang terbukti membuat dirimu gondok setengah mati.
Aku berpura-pura jatuh ke dalam perangkapmu. Aku berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Aku berpura-pura ingin menjadi pacarmu. Aku memang pintar berpura-pura, kau tahu?
Dan sekarang, setelah kau menerima uang hasil taruhanmu, disinilah kita berada. Di ruangan bercat hijau toska ini, tempat kita berdua berhadapan. Aku meminta 'bagianku'. Yah, aku juga harus mendapat bagian, karena akulah yang membantumu mendapatkan uang 100.000 rupiah itu. Jadi, cepat serahkan uang biru bernominal 50.000 itu kepadaku dan kita selesai sampai di sini. Anggap saja ini tidak pernah terjadi...
Aku jahat? Licik?
Menurutku tidak begitu. Aku hanya meminta bagianku, dan menurutku itu adil karena akulah objek taruhannya. Akulah yang membantumu mendapatkan uang itu. Berapa kali harus kujelaskan?
Asal kau tau, aku tidak selicik dirimu dan teman-temanmu yang begitu mudahnya menjadikan seseorang sebagai objek taruhan. Aku ini perempuan, makhluk hidup. Kita sederajat. Perlakukanlah aku seperti perempuan, bukan benda yang bisa dijadikan objek taruhan seperti itu. Kau kejam. Dan bukan hanya dirimu seorang, teman-temanmu juga.
Asal kau tau, setelah aku mendengar rencana taruhan kalian aku menangis. Dan setiap malam dalam bulan Juli, bulan saat kita jadian, aku menangis. Menangis karena aku tau itu semua bohong. Fana. Kamu jahat. Licik.
Aku adalah gadis pengkhayal, dan aku selalu mengkhayal. Aku berkhayal saat kita akan jadian suatu saat nanti ketika aku masih berstatus fans dan kau adalah idolaku. Aku berkhayal hubungan kita pasti indah seperti yang terukir dalam kata-kata di dalam novel roman atau adegan film romantis. Aku berkhayal hubungan kita akan bertahan lama, lebih dari sebulan.
Seperti kata orang-orang, bermimpi terlalu tinggi membuatmu jatuh ketika dihadapkan dengan kenyataan.
Aku gembira sekali ketika bertemu denganmu, bahkan berbicara denganmu. Kau tau seberapa bahagianya aku waktu itu? Aku bahagia sekali. Apalagi ketika kau mendekatiku dan kita mulai berteman. Kau tau apa perasaanku? Bahagia. Bahagia karena aku memang mengidolakanmu dari dulu.
Bisa kau bayangkan betapa hancurnya perasaanku ketika mendengar percakapan kecilmu dengan teman-temanmu waktu itu? Sakit. Sangat. Aku ingat dengan jelas ketika pandanganku mulai kabur karena mataku berkaca-kaca. Aku ingat ketika aku berlari ke toilet wanita dan menangis sesegukkan. Aku ingat ketika tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya aku. Sendiri.
Aku juga ingat ketika aku terbaring di tempat tidurku, tersenyum pahit mengingat akting busukmu siang hari ketika kau merangkulku dan bersikap sok romantis di depanku serta teman-temanku. Aku nyaris percaya akan hal itu kalau saja aku tidak tau yang sebenarnya. Kau membuatku menangis lagi. Seperti halnya diriku, kau juga pintar berpura-pura.
Seingatku, kau juga mengucapkan janji-janji palsu yang menimbulkan percikan-percikan harapan yang terpaksa kukubur kembali. Kau berkata bahwa kau akan mencintaiku selamanya. Selalu. Apa kau tau bahwa aku hanya tersenyum kecil mendengarnya? Itu karena aku tau kau berbohong. Kau memerhatikan? Ah ya, untuk apa kau memerhatikanku? Kau kan tidak peduli akan diriku dan tidak akan pernah peduli. Untuk apa? Aku hanya salah satu objek taruhanmu, kan?
Dan kau tau apa kesalahan terbesarmu, yang membuatku membencimu? Apa yang paling kubenci dari dirimu? Kau membuatku menyayangimu.
Apa?
Ya. Aku menyayangimu. Itu sebabnya aku menangis setiap malam. Aku menyayangimu. Sangat.
Jadi, biarkan aku bertanya satu hal:
Yang jahat dan licik itu sebenarnya aku, atau kamu?
-Fin-
Saat aku berdiri di depanmu dengan sebelah tanganku terangkat, meminta 'bagian' dari hasil taruhanmu.
Benarkah?
Aku hanya meminta 'bagianku', karena kau telah membuat taruhan bersama teman-temanmu tentang kita. Tentang hubungan ini.
Kau pikir aku tidak tau?
Aku tidak bodoh, tau. Aku tidak tuli. Aku dapat mendengar percakapan kalian ketika kalian membuat taruhan itu. 100.000 rupiah bila kamu bisa jadian denganku selama sebulan. Ingin rasanya kubuka pintu kayu itu dan kutampar kalian satu-satu. Tetapi kutahan, karena aku punya rencana lebih baik. Rencana yang sekarang terbukti membuat dirimu gondok setengah mati.
Aku berpura-pura jatuh ke dalam perangkapmu. Aku berpura-pura tidak mengetahui apa pun. Aku berpura-pura ingin menjadi pacarmu. Aku memang pintar berpura-pura, kau tahu?
Dan sekarang, setelah kau menerima uang hasil taruhanmu, disinilah kita berada. Di ruangan bercat hijau toska ini, tempat kita berdua berhadapan. Aku meminta 'bagianku'. Yah, aku juga harus mendapat bagian, karena akulah yang membantumu mendapatkan uang 100.000 rupiah itu. Jadi, cepat serahkan uang biru bernominal 50.000 itu kepadaku dan kita selesai sampai di sini. Anggap saja ini tidak pernah terjadi...
Aku jahat? Licik?
Menurutku tidak begitu. Aku hanya meminta bagianku, dan menurutku itu adil karena akulah objek taruhannya. Akulah yang membantumu mendapatkan uang itu. Berapa kali harus kujelaskan?
Asal kau tau, aku tidak selicik dirimu dan teman-temanmu yang begitu mudahnya menjadikan seseorang sebagai objek taruhan. Aku ini perempuan, makhluk hidup. Kita sederajat. Perlakukanlah aku seperti perempuan, bukan benda yang bisa dijadikan objek taruhan seperti itu. Kau kejam. Dan bukan hanya dirimu seorang, teman-temanmu juga.
Asal kau tau, setelah aku mendengar rencana taruhan kalian aku menangis. Dan setiap malam dalam bulan Juli, bulan saat kita jadian, aku menangis. Menangis karena aku tau itu semua bohong. Fana. Kamu jahat. Licik.
Aku adalah gadis pengkhayal, dan aku selalu mengkhayal. Aku berkhayal saat kita akan jadian suatu saat nanti ketika aku masih berstatus fans dan kau adalah idolaku. Aku berkhayal hubungan kita pasti indah seperti yang terukir dalam kata-kata di dalam novel roman atau adegan film romantis. Aku berkhayal hubungan kita akan bertahan lama, lebih dari sebulan.
Seperti kata orang-orang, bermimpi terlalu tinggi membuatmu jatuh ketika dihadapkan dengan kenyataan.
Aku gembira sekali ketika bertemu denganmu, bahkan berbicara denganmu. Kau tau seberapa bahagianya aku waktu itu? Aku bahagia sekali. Apalagi ketika kau mendekatiku dan kita mulai berteman. Kau tau apa perasaanku? Bahagia. Bahagia karena aku memang mengidolakanmu dari dulu.
Bisa kau bayangkan betapa hancurnya perasaanku ketika mendengar percakapan kecilmu dengan teman-temanmu waktu itu? Sakit. Sangat. Aku ingat dengan jelas ketika pandanganku mulai kabur karena mataku berkaca-kaca. Aku ingat ketika aku berlari ke toilet wanita dan menangis sesegukkan. Aku ingat ketika tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya aku. Sendiri.
Aku juga ingat ketika aku terbaring di tempat tidurku, tersenyum pahit mengingat akting busukmu siang hari ketika kau merangkulku dan bersikap sok romantis di depanku serta teman-temanku. Aku nyaris percaya akan hal itu kalau saja aku tidak tau yang sebenarnya. Kau membuatku menangis lagi. Seperti halnya diriku, kau juga pintar berpura-pura.
Seingatku, kau juga mengucapkan janji-janji palsu yang menimbulkan percikan-percikan harapan yang terpaksa kukubur kembali. Kau berkata bahwa kau akan mencintaiku selamanya. Selalu. Apa kau tau bahwa aku hanya tersenyum kecil mendengarnya? Itu karena aku tau kau berbohong. Kau memerhatikan? Ah ya, untuk apa kau memerhatikanku? Kau kan tidak peduli akan diriku dan tidak akan pernah peduli. Untuk apa? Aku hanya salah satu objek taruhanmu, kan?
Dan kau tau apa kesalahan terbesarmu, yang membuatku membencimu? Apa yang paling kubenci dari dirimu? Kau membuatku menyayangimu.
Apa?
Ya. Aku menyayangimu. Itu sebabnya aku menangis setiap malam. Aku menyayangimu. Sangat.
Jadi, biarkan aku bertanya satu hal:
Yang jahat dan licik itu sebenarnya aku, atau kamu?
-Fin-
Minggu, 21 Agustus 2011
A Finger On A Lips
Orang Keren baliikk!! oke, dengan judul super ngawur. Maksud gue, MAKSUDNYA APAAN??!! Gue juga bingung. Baca aja deh. Hehe.
Gue bikin label baru, diantara label gue yang super banyak itu. Iya, gue emang kreatif. Namanya Berbagi Pendapat. Nah, ini posting pertama yang pake label itu. Jadi semuanya udah pada tau kan gue pengen berbagi pendapat gue? Nah, tema hari ini ya itu. A Finger On A Lips.
Mungkin semuanya pada bingung, ARTINYA APAAN?! Well, salah satu problema menulis gue adalah nyari judul. Makanya gue kalau nyari judul itu ajib-ajib. Kayak karya pertama gue, 'Karena Satu Kata 'CINTA''. MAKSUDNYA APAA??!! Gue juga frustasi sendiri kenapa gue nulis pake judul begituan. Selain gak jelas, itu judul ngingetin gue sama lagu D'Bagindaz. Bertahan satu ciinnnta, bertahan satu C. I. N. T. A~ *PRAAANNGG kaca pecah*. Loh kok jadi nyanyi? Back to the topic.
Kembali ke jalan yang benar, gue kasih judul secara ngasal. Tapi masih nyambung kok ke topik. Jadi gini, gue itu kan suka banget baca buku, dan gue itu suka baca cerbung-cerbung fanfict di blog, website, atau fb. Nah, gue itu agak bingung kenapa pada suka ngasih adegan 'sang cowok mutusin ucapan cewek dengan menaruh telunjuknya di bibir sang cewek sambil ngomong "Ssstt"'. Yah, gue emang suka sama cerita romance, jadi hal ginian tuh gak asing lagi. Yegak, sesama pecinta cerita bergenre romance yang lagi baca ini?
Kenapa gue bingung? Well, seperti kata pak Armat (guru bahasa Indonesia gue), itu enggak logis. Tidak logis, saudara-saudara. Ya coba deh pikir, pernah gitu ada cewek lagi nyerocos abis itu cowoknya bosen abis itu di "Ssstt"-in sambil naro telunjuk di bibir sang cewek? Gue sih pernahnya ngeliat cowok bilang "Ssstt" sambil naro telunjuk di bibirnya sendiri, isyarat gitu. Kalau enggak diem ya tinggal, atau teriak diem gitu. Bekep sekalian. Tapi ini? Kenapa mesti naro telunjuk di bibir ceweknya gitu? kan enggak logis. Selain jijik, ceweknya pasti ilfeel. lagi pula, kan susah naro telunjuk di bibir orang dengan lembut. Salah-salah ntar bibir si cewek berdarah. Loh? Gue mulai berpikir enggak logis juga.
Seringkali, gue itu tuh agak-agak ilfeel kalau adegan itu udah mulai. Jadi gue lagi mantengin cerpen yang super keren gitu, abis itu adegan itu muncul. Gue langsung ilfeel. Gue tetep nerusin baca, tapi masih agak-agak ilfeel gitu. Gue cuma bisa geleng-geleng kepala deh, angkat tangan kalau gitu. Sumfeh, gak logis!
Oke, gue udah males nulis. Jadi gue ending-in aja deh. Bukan maksud menyinggung ya kawan-kawan, nyindir juga enggak. Seperti kata label gue, hanya berbagi pendapat. Kan pendapat orang beda-beda... lagian ini blog juga sepi. Gak ada yang baca, kan? Hehe. Seneng, enggak bakal dibenci. Muehehehe...
Sekali lagi, PEACE!! DAMAI!!
-penulis-
Gue bikin label baru, diantara label gue yang super banyak itu. Iya, gue emang kreatif. Namanya Berbagi Pendapat. Nah, ini posting pertama yang pake label itu. Jadi semuanya udah pada tau kan gue pengen berbagi pendapat gue? Nah, tema hari ini ya itu. A Finger On A Lips.
Mungkin semuanya pada bingung, ARTINYA APAAN?! Well, salah satu problema menulis gue adalah nyari judul. Makanya gue kalau nyari judul itu ajib-ajib. Kayak karya pertama gue, 'Karena Satu Kata 'CINTA''. MAKSUDNYA APAA??!! Gue juga frustasi sendiri kenapa gue nulis pake judul begituan. Selain gak jelas, itu judul ngingetin gue sama lagu D'Bagindaz. Bertahan satu ciinnnta, bertahan satu C. I. N. T. A~ *PRAAANNGG kaca pecah*. Loh kok jadi nyanyi? Back to the topic.
Kembali ke jalan yang benar, gue kasih judul secara ngasal. Tapi masih nyambung kok ke topik. Jadi gini, gue itu kan suka banget baca buku, dan gue itu suka baca cerbung-cerbung fanfict di blog, website, atau fb. Nah, gue itu agak bingung kenapa pada suka ngasih adegan 'sang cowok mutusin ucapan cewek dengan menaruh telunjuknya di bibir sang cewek sambil ngomong "Ssstt"'. Yah, gue emang suka sama cerita romance, jadi hal ginian tuh gak asing lagi. Yegak, sesama pecinta cerita bergenre romance yang lagi baca ini?
Kenapa gue bingung? Well, seperti kata pak Armat (guru bahasa Indonesia gue), itu enggak logis. Tidak logis, saudara-saudara. Ya coba deh pikir, pernah gitu ada cewek lagi nyerocos abis itu cowoknya bosen abis itu di "Ssstt"-in sambil naro telunjuk di bibir sang cewek? Gue sih pernahnya ngeliat cowok bilang "Ssstt" sambil naro telunjuk di bibirnya sendiri, isyarat gitu. Kalau enggak diem ya tinggal, atau teriak diem gitu. Bekep sekalian. Tapi ini? Kenapa mesti naro telunjuk di bibir ceweknya gitu? kan enggak logis. Selain jijik, ceweknya pasti ilfeel. lagi pula, kan susah naro telunjuk di bibir orang dengan lembut. Salah-salah ntar bibir si cewek berdarah. Loh? Gue mulai berpikir enggak logis juga.
Seringkali, gue itu tuh agak-agak ilfeel kalau adegan itu udah mulai. Jadi gue lagi mantengin cerpen yang super keren gitu, abis itu adegan itu muncul. Gue langsung ilfeel. Gue tetep nerusin baca, tapi masih agak-agak ilfeel gitu. Gue cuma bisa geleng-geleng kepala deh, angkat tangan kalau gitu. Sumfeh, gak logis!
Oke, gue udah males nulis. Jadi gue ending-in aja deh. Bukan maksud menyinggung ya kawan-kawan, nyindir juga enggak. Seperti kata label gue, hanya berbagi pendapat. Kan pendapat orang beda-beda... lagian ini blog juga sepi. Gak ada yang baca, kan? Hehe. Seneng, enggak bakal dibenci. Muehehehe...
Sekali lagi, PEACE!! DAMAI!!
-penulis-
Langganan:
Postingan (Atom)